Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ketika Sayap Malaikat Kecil Patah

2 Oktober 2021   20:23 Diperbarui: 2 Oktober 2021   20:28 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Ini adalah takdir dari Sang Maha Pencipta. Kita harus menerimanya dengan hati yang lapang. Perbanyak istiqfar biar hati kita menjadi tenang," nasehat Pak Ustad kepada keduanya.

Sudah tiga malam ini, pasangan suami istri itu selalu keluar malam. Keduanya berangkat meninggalkan rumah saat malam mulai merentah. Saat orang-orang mulai terkantuk-kantuk dalam kamar mareka. Saat orang-orang mulai pulas usai beraktivitas di siang hari demi sesuap nasi.

Tujuan mareka sangat jelas, Kantor Polisi tempat pelaku kejahatan seksual terhadap anak mareka jadi tahanan. Keduanya membawa bekal berupa alat-alat tajam. Mulai dari garpu hingga pisau. Tak terkecuali tali sebagai bekal tambahan.

" Kita tidak bisa hanya mengandalkan hukum negara saja, Bu. Kita harus bertindak. Kita harus beraksi. Kita harus membalas kebiadaban mareka terhadap anak kita yang tak berdosa," jelas sang suami.

" Apakah tindakan kita ini tidak melanggar hukum Pak?," tanya istrinya.

" Ini bukan soal hukum Bu. Ini soal harga diri kita. Soal martabat kita sebagai orang tuanya," sahut suaminya.

Sang istri hanya terdiam mendengar penjelasan dari sang suami. Dia sebagai istri sangat paham, bahkan teramat paham dengan karakter suaminya yang terkenal keras dan memiliki prinsip hidup yang amat teguh serta lurus.

Malam itu suasana di Kantor Polisi tampak sepi. Cahaya rembulan menyiramkan cahaya beningnya. Para petugas piket secara terus menerus patroli menyisir berbagai kawasan di areal Kantor. Hilir mudik. Menyisir semua areal perkantoran dengan seksama dan cermat.  

Sementara, dibagian belakang Kantor yang sepi, sang suami mulai memanjat atap Kantor Polisi. Kelihaiannya sebagai pemanjat tak perlu diragukan lagi. Maklum suaminya dulunya adalah atlet panjat tebing yang tersohor di masa mudanya.Pernah mewakili Provinsi mereka dalam pekan Olahraga Nasional. 

Dan dalam hitungan detik, sang suami sudah berada dalam ruang tahanan tempat para pembegal kehormatan anaknya berada. Dan dengan satu sentuhan, para pelaku kejahatan seksual itu pun harus mengalami penderitaan yang sangat luar biasa. Ada yang kemaluannya hilang tercabik pisau. Ada yang yang mulutnya terpotong-potong. Penderitaan yang sangat luar biasa yang harus mereka terima malam itu dari orang bertopeng.

Kegemparan melanda Kantor Polisi. Semua aparat dikerahkan untuk mencari siapa dalang dari pembegalan tahanan di ruang tahanan sebuah Kantor Polisi. Ratusan aparat keamanan dikerahkan ke segala pelosok Kampung. Tak terkecuali anjing pelacak. Tapi tak ada tanda-tanda jejak yang mencurigakan yang mareka temukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun