Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Perempuan yang Menjaga Martabat Ranjang Pengantinnya

21 September 2021   05:23 Diperbarui: 21 September 2021   15:31 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola mata bak bola pingpong itu  tak berkedip memandang ranjang yang mengornamen di kamar tidur rumah mareka. Ada secuil kegundahan yang menyelimuti sekujur raga Safitri, setiap melihat ranjang yang terbuat dari besi itu. Jiwanya terasa gulana. Ada sesuatu yang hilang. Ranjang itu dia design bersama Haris,suaminya saat mereka menempuh biduk perkawinan dulu. 

Ranjang yang terbuat dari besi baja itu tergolong unik. Designnya sangat artistik. Tak heran, bila waktu pembuatannya memakan waktu hingga tiga bulan. Bahkan ada sejumlah rasa kekhawatiran dalam hati mereka, saat menjelang hari pernikahan mereka ranjang itu belum selesai.

Sudah tiga bulan ranjang itu tak ditidurinya. Tepatnya usai suaminya yang berprofesi sebagai pelaut itu bekerja disebuah kapal pesiar dan hingga kini belum pulang. Setiap malam dirinya tidur di kursi yang ada di ruang tamu. Televisi menjadi sahabat karibnya kini. Hampir setiap malam televisi itu menjadi teman tidurnya. Kadangkala dirinya sudah terlelap dalam mimpi panjangnya.  Sementara suara televisi masih berisik dengan ceritanya yang membuat mimpi wanita itu  kadangterusik.

Godaan bukannya tak datang. Acapkali datang. Dari berbagai penjuru angin yang melayang bebas diudara yang terkontaminasi dekadensi moral yang mulai lapuk dimkan zaman. Apalagi usia perkawinan mareka tergolong baru seumur jagung. Sementara buah hati pun masih jauh dari asanya. Kecantikan Safitri menambah beban godaan itu. Ada yang datang terang-terangan di saat matahari masih bersinar terang. Ada yang datang bersama sejuknya angin malam seiring cahaya rembulan yang bercahaya temaram.
"Kamu itu masih muda, Jeng. Tak bisa membiarkan keadaan seperti ini. nanti jadi fitnah," ujar teman sejawatnya.
"Saya yakin Kang Haris pasti pulang. Hanya soal waktu saja," jawab safitri.
"Suami mu itu disandera pemberontak Jeng. Mareka sangat jahat. Pemerintah saja mareka lawan," lanjut temannya.
"Saya percaya. Suami saya akan pulang. Dia selalu datang setiap dalam mimpiku," jawab Safitri dengan suara narasi mantap.

Perkawinan Safitri dan Haris memang tak berjalan mulus. Profesi Haris sebagai pelaut sempat ditentang keluarga besar Safitri. Mereka khawatir Haris tidak akan setia dengan perkawinan itu. Maklum profesi pelaut seringkali diartikan sebagai profesi yang  negatif. Terutama dalam kontek frasa perempuan.
"Saya sungguh sangat percaya dengan Kang Haris. Dia akan setia. Saya tahu betul, siapa Kang Haris seutuhnya," jelas Safitri menjelang kedatangan keluarga Haris untuk melamarnya.
"Kami paham Nak. Kami cuma khawatir. Jangan sampai stigma buruk tentang pelaut itu menimpa kamu. Kami tak ikhlas," ujar Ayahnya.  
"Insya Allah Ayah, Kang Haris tak seperti para pelaut lainnya. Mohon doa ayah dan ibu," ungkap Safitri dengan narasi penuh keyakinan.

Safitri mengenal Haris saat mareka masih berseragam  SMA. Usai menanamtakan pendidikan di Sekolah Menengah Atas, Haris lantas memilih kuliah di Akademi Pelayaran. Sementara dirinya memilih jurusan ekonomi. Safitri tahu benar siapa Haris dengan sejuta karakternya. 

Jangankan untuk berbuat yang nakal dan neko-neko, saat Safitri meminta bukti cintanya dari Haris, lelaki itu malah takut. Demikian pula saat malam pertama mereka, Haris tampak gugup. Badannya berkeringat saat mareka masuk kamar. Bahkan Haris masih berpakaian lengkap pengantin saat mareka rebah di peraduan. Sedangkan Safitri sudah memakai baju tidur yang transparan.

Subuh itu suara azan telah berkumandang dengan sangat religius dari corong pengeras suara masjid. Membangunkan semua penghuni alam untuk segera bersujud kepada Sang Maha Pencipta. Semua insan bergegas menuju masjid. 

Tak terkecuali Safitri. Usai sholat subuh, sebuah ketukan datang dari arah depan pintu. Hatinya mulai kecut. Siapa yang datang di malam yang sudah merentah ini. Dengan rasa takut yang teramat dalam disertai rasa keberanian yang mendadak datang di jiwanya, Safitri pun langsung melihat dari dalam gorden jendela. Terlihat olehnya seorang lelaki yang amat dikenalnya. Kang Haris suaminya.

Saat pintu depan terbuka, tampak Haris dengan senyum khasnya. Sebuah senyuman yang  meluluhlantakkan hati Safitri saat lelaki itu mengatakan cinta kepadanya. Mendadak wajah Safitri menyemburkan  sebuah kesumringahan. Seluruh tubuhnya seakan-akan ikut bahagia. Apalagi  pelukan dari Haris membangkitkan naluri kewanitaannya. Sekujur tubuhnya bergairah. Selera syahwatinya hadir mengaliri sekujur tubuhnya. Sebuah ciuman dari Haris didaratkannya ke bibir Safitri hingga keduanya langsung berada di peraduan. Ranjang yang sudah lama tak bertuan, kini berpenghuni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun