Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Naomi

15 September 2021   19:43 Diperbarui: 15 September 2021   19:45 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Depositphotos

Dengan sigap aku sebagai suami langsung mengantarkannya ke klinik bersalin itu. Dengan wajah gembira kedatangan kami disambut dengan hangat oleh para paramedis di klinik itu. Istriku langsung diperiksa dengan teliti dan diistirahatkan ke dalam sebuah kamar untuk beristirahat dengan pengawasan yang ketat .

" Kalau berdasarkan analisa medis kami, diperkirakan istri Bapak akan melahirkan sekitar tengah malam," ujar Bidan di klinik itu.
Aku hanya mengangguk-mengangguk saja. Padahal sekujur tubuhku dilanda kecemasan yang sulitditerjemahkan.

Malam itu aku berjaga. Sementara cahaya rembulan sangat cerah. Sinarnya menyinari bumi dengan indah. Seolah-olah merasakan kebahagian kami. Kerlap kerlip bintang dilangit menambah panorama keindahan malam yang terang benderang. Di ruang tunggu klinik itu aku pun terlelap.

Aku sangat terkejut ketika seseorang menepuk bahu ku. Ku buka mata ku, terlihat seorang wanita berpakaian putih memanggil ku. Ku lihat jam dinding klinik menunjukan angka 12.30.

" Sudah tengah malam rupanya," ujarku dalam hati.
" Istri bapak segera melahirkan. Mari ikut kami ke dalam ruang persalinan. Membantu energinya dan memberi semangat," ajak bidan itu. 

Aku pun langsung mengikuti langkah kaki sang bidan. Diruang persalinan, ku lihat istri ku sedang berusaha menahan beban yang sangat berat. Beberapa kali dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan energinya. Aku pun langsung memegang tangannya. Doa-doa terus ku panjatkan dalam hati. 

Alhamdulillah sekitar pukul satu tengah malam, istriku melahirkan anak pertama kami yang berkelamin perempuan. Begitu terdengar teriakan pertamanya, aku pun langsung mengazaninya. Aku pun bangga. Kini telah menjadi seorang ayah. Dan putri pertama kami beri nama Naomi.

Seluruh keluarga kami sangat bahagia dan bersyukur dengan kelahiran putri pertama kami. Selain lahirnya dengan kondisi normal, kondisi istri ku juga sangat baik.

" Kamu harus bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada Allah yang telah memberimu rezeki seorang anak perempuan," ujar Ibu ku.
" Kamu harus mampu menjadi ayah yang baik bagi dirinya," lanjut Ibu ku.

Kini tak terasa putri pertama kami, Naomi telah menginjak usia dewasa. Usia 18 tahun. Berstatus sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di ibukota. Sementara putri kedua ku berusia 15 tahun.  Dan sebagaimana pesan almarhummah Ibu ku, sebagai ayah aku harus mampu menjadi contoh yang baik bagi mareka.

" Termasuk memberikan pendidikan buat anakmu. Menyekolahkan anakmu setinggi-tingginya. Itu tanggungjawabmu sebagai orang tua. Jangan tinggalkan mareka harta. Tapi wariskan mareka pengetahuan sebagai bekal hidup mareka nantinya," nasehat Ibuku semasa masih sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun