Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pertobatan Seorang Mucikari

10 September 2021   20:27 Diperbarui: 10 September 2021   20:33 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajah perempuan setengah baya itu tampak sumringah bak baru mendapatkan warisan yang besar. Suara musik yang menggetarkan ruangan menambah kebahagiaan di wajah tuanya. Para pengunjung tampak asyik dengan aksinya. Ada yang menari . Ada yang berjoget. Ada yang mengandeng perempuan muda. Semuanya berbaur dalam satu kenikmatan semu.

Perempuan setengah baya itu tampak sibuk mengatur para perempuan muda yang berdandan ala bidadari. Diwajah para perempuan muda itu tersimpan sejuta asa. Ada yang bahagia. 

Ada yang bermimik sendu. Bahkan ada yang berwajah seolah-olah tak berdosa.

" Kalian harus bisa memberikan pelayanan prima kepada pelanggan. Buat para pelanggan bahagia dan betah di tempat ini. Kalau para pelanggan bahagia, uang akan mengalir deras ke kantong kalian. Mengerti?," wejangan perempuan setengah baya itu.

Para perempuan muda yang diberi wejangannya terdiam. Seolah-olah mengerti dengan wejangan perempuan setengah baya itu. Dan mareka pun membubarkan diri usai mulut perempuan setengah baya itu berhenti berbicara.

Sudah tiga tahun perempuan setengah baya yang biasa disapa mami itu mengelola tempat hiburan malam yang terletak di sudut Kota yang baru mulai menggeliat. Pengalamannya sebagai perempuan malam di Kota besar membuat otaknya berekpresi dengan mengelola tempat usaha hiburan malam berbekal sisa-sisa uang yang dimilikinya usai tercampakkan sebagai penggoda.

Tak ada niatnya untuk berhenti dan tobat dari kegiatan penggoda malam yang bertaburkan bintang. Tak ada sedikit pun kendati begitu banyak kawan, sahabat bahkan orang terdekatnya yang menasehatinya.

"Apa kalian tahu bagaimana penderitaan saya saat dipaksa melacur saat saya masih ingin bersekolah," tanya dengan nada geram saat mendengar wejangan dari para kerabat dan sahabatnya.

" Kehidupan saya hancur karena melacur dan menjadi wanita penggoda. Semuanya karena saya miskin," sambungnya dengan nada ketus.

Jawaban perempuan setengah baya itu mengheningkan suasana pertemuan malam itu. Hanya desah yang keluar dari mulut para sahabatnya. Tak kuasa melawan keinginan mami, sahabat mareka.

Dikala masih muda mami dikenal sebagai perempuan dengan tingkat kecantikan yang berklas. Wajah bak artis sinetron. Badannya yang tinggi semampai dibalut kulitnya yang putih bersih membuatnya menjadi bunga Desa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun