" Biarkan saja. Yang penting pak Kades percaya dengan info dari kita. Dan kita bisa menerima lebih banyak lagi kegiatan dari Pak Kades. Dan yang paling penting kawan-kawan semua harus kompak berbicara di depan Pak Kades dan para pegawai Desa bahwa ada upaya dari Atoli untuk menjatuhkan citra dan kewibawaan Pak Kades sebagai pimpinan Desa dimata rakyat. Kita harus memanfaatkan momentum ini untuk kelangsungan hidup kita. Dan yang paling penting kalau di depanAtoli kita harus memujinya sebagai aktivis hebat selevel Munir dan pegiat ICW," jawab Rongrong.
Teman-teman Rongrong terdiam. Seribu tanya menggelanyut dalam nurani mareka.
Sikap kritis bernada konstruktif yang digemakan Atoli lewat media terhadap kepemimpinan Pak Kades membuat para pendukung Kades lama yang kalah dalam Pilkades tahun lalu mulai bangkit. Mareka ingin memanfaatkan sikap kritis Atoli untuk mempressure Pak Kades dan setidaknya unjuk diri setelah terpinggirkan selama kepemimpinan Pak Kades baru. Momentum ini akan mareka manfaatkan sebagai peluang emas untuk kembali eksis dalam percaturan di pemerintahan Desa. Dan ini adalah waktu dan masa yang tepat.
" Nah, sekarang Pak Kades baru paham dan tahu serta sadarkan bahwa pendukung Pak Kades mulai berpaling dan menyerang kewibawaan Bapak sebagai pimpinan tertinggi di Desa ini," ujar Limun dalam perjumpaan dengan Pak Kades di suatu acara.
" Sikap kritis itu kan sesuatu yang wajar dan memang era kepeimpinan saya mareka harus mengawal dan mengkritisi saya untuk perbaikan," jawab Pak Kades.
" Bapak sebagai pemimpin harusnya paham. Itu bukan sikap kritis. Tapi upaya untuk menjatuhkan kewibawaan Bapak dimata masyarakat. Bapak akan dianggap sebagai pemimpin yang tidak bisa bekerja dan tidak mampu menegemban amanah rakyat. Muaranya ya jelas dari sikap kritis para pendukung Bapak waktu Pilkades lalu," jelas Limun.
Pak Kades terdiam.
Sikap kritis konstruktif Atoli rupanya berdampak pula kepada para petinggi BPD Desa Liluk. Mareka berpikiran dan berkeyakinan  makin kritis konstruktif Atoli akan membuat citra dan kewibawaan mareka sebagai bagian dari lembaga Badan Perwakilan Desa akan merosot tajam. Apalagi waktu tugas dan abdi mareka sebagai anggota BPD waktunya hanya dalam hitungan hari akan berakhir. Dan sebagai anggota BPD yang dipilih rakyat Desa, mareka tentunya tak mau dijuluki sebagai anggota  perwakilan rakyat yang hanya Datang, Duduk, Diam dan Duit.
" Teman-teman sekalian harus paham dan sadar bahwa sikap kritis Atoli itu sebagai bentuk persiapannya untuk menjadi anggota BPD kita periode mendatang," ujar salah satu anggota BPD dari Lingkungan 13.
" Ah, yang bener saja Bos? Masa sih?," tanya warga.
" Buktinya selama ini Atoli juga kritis. Zaman Pak Kades lama Atoli juga kritis," sambung warga yang lain.