Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mulut Berlidah Petaka

25 Agustus 2021   20:51 Diperbarui: 25 Agustus 2021   21:09 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jurnalcinajurselatan.com

Cerpen : Mulut Berlidah Petaka

Sinar matahari berjalan  diatas kepala. Di ruangan kerjanya yang berpendingin, Pak Kades terus berbicara. Suaranya keras menggelegar. Mengagetkan burung liar yang sedang berlindung di ranting pohon besar dari sengatan sinar matahari.

" Rongrong. Kata kamu Atoli tak lagi membuat narasi di koran. Kamu janji akan membantu saya biar tak ada lagi pernyataan dari dia di koran atau radio. Tapi buktinya," kata Pak Kades.

" Hari ini pernyataannya dimuat  di koran nasional. Di koran nasional. Koran yang jadi trend setter. Dibaca berbagai kalangan di negeri ini. Koran yang jadi referensi para pengambil kebijakan di tingkat pusat. Saya tambah pusing. pusing," lanjut Pak Kades lewat handphone terbarunya.

" Pak Kades jangan ngarang-ngarang dan bikin sensasi murahan. Mana mungkin  Atoli bisa membuat pernyataan di koran nasional Pak. Levelnya Atoli kan level kampung. Saya tak percaya. Tak percaya.Lantas koran mana sih yang mau ngutip pernyataan aktivis klas kampung? Pak Kades jangan buat sensasi murahan ya," jawab suara dari seberang.

" Buktinya demikian. Coba kamu baca koran nasional Media Nusantara halaman 13. Apa itu bukan koran nasional yang terkemuka? Apa itu bukan foto Atoli? Apa itu bukan statemen Atoli?," tanya Pak Kades.

Rongrong terdiam.

Pak Kades Desa Liluk teman bicaranya terus ngoceh di telepon tentang kegelisahannya. Tentang kegelisahan dirinya sebagai pejabat yang dikawal oleh aktivis desa lewat pemberitaan. Tentang kegelisahannya sebagai pejabat Desa yang selalu dikritik oleh rakyat lewat media massa. Tentang kegelisahan atas pemberitaan di koran nasional media Nusantara hari ini. Dan tentang berbagai kegelisahannya dalam memimpin Desa yang mulai dapat sorotan dari masyarakat Desa.

" Rongrong. Apa kamu masih mendengar suara saya," tanya Pak Kades lewat telepon dengan nada gusar.

" Masih Pak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun