Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dendam Sang Pengantin

12 Juli 2021   00:11 Diperbarui: 12 Juli 2021   15:07 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Sungguh tega sekali," ucap seorang pencerita Kampung kami.

" itu perbuatan yang sangat tidak berperikemanusian," sambung pencerita yang lain.

" Pelakunya harus dihukum berat, bahkan hukuman mati layak untuknya," urai pencerita yang lain.

Kini, malam di Kampung Kami berubah menjadi mencekam. Matahari selalu pamit dengan rasa waspada yang tak tertahankan. Para pemuda Kampung tak ada lagi yang memetik gitar dan melewati malam dengan botol minuman klas murahan itu. Saat gelap tiba, pintu-pintu rumah warga dikunci dengan rapat. begitu juga dengan jendela rumah warga. Dikunci dengan sangat rapat sekali. 

Para peronda Kampung di perbanyak sesuai arahan Pak Lurah. Para warga diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya. Maklum hingga kini, belum ada titik terang soal kematian lelaki setengah baya itu.

" Saya meminta para hansip dan dibantu para peronda Kampung untuk senantiasa waspada. Demikian juga dengan para warga kampung. Saya minta untuk terus waspada dan waspada. Jangan lengah. Ancaman masih didepan mata kita. Jaga kondusifitas di kampung kita  ini yang dikenal publik sebagai Kampung yang aman dan ramah serta mengaggungkan nilai-nilai budaya," perintah Pak Lurah.

Warga kampung kami kembali digegerkan dengan berita kematian warga Kampung yang terkenal kaya raya dan akrab dipanggil Pakbos oleh seluruh warga Kampung itu yang meninggal pada malam pertamanya diranjang pengantinnya dengan pakaian pengantin yang masih lengkap.

" Biarkan suamimu tenang. Kamu tak perlu menangisi kepergiannya," hibur beberapa warga kepada pengantin wanita itu.

Pengantin wanita itu tetap diam dan tak menjawab suara yang dilontar para warga kampung yang menebar simpati kepadanya lewat kata-kata.  Pengantin wanita itu tampak puas dengan kematian suaminya yang belum sempat mencicipi tubuhnya pada malam pertama ini. 

Pikiran pengantin wanita kembali menguak dalam otak kepalanya, peristiwa pada malam jahanam yang pernah dilihatnya lewat celah bilik rumahnya, bagaimana anak buah suaminya menyeret bapaknya dan membuang mayatnya ke sungai.   

Hanya dia dan ibunya yang tahu bahwa mayat itu adalah Bapaknya. Ciri khas Bapaknya adalah selalu memakai gelang tasbih saat malam hari tiba hingga matahari hadir menerangi bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun