Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Bilur Penyesalan

13 Juni 2021   21:04 Diperbarui: 13 Juni 2021   21:09 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER GAMBAR: pinterest.com/akathul2002

Wajah lelaki setengah baya itu menampakkan kegeraman. Matanya terus memandang ke arah televisi hitam putih yang berdiri diatas buffet tua rumahnya. Suara reporter terus bergemuruh lewat suara televisinya yang melaporkan tentang kejadian sebuah aksi bom bunuh diri disebuah tempat keramaian. Sebuah gebukan tangan menghantam meja tuanya. Bruukk. Mematahkan meja tuanya. Emosi nuraninya tak tertahan.

Lelaki itu keluar dari dalam rumah. Masih dengan menahan marah yang amat luar biasa yang menjalari sekujur tubuhnya. Dari ujung rambut hingga ujung kakai. Menggigil menahan amarah yang amat sangat luarbiasa. Sementara diatas langit sejuta bintang ikut bersedih. Kerlipnya terdiam. Tak bergerak. Cahaya rembulan pun seolah enggan bercahaya. Seolah ikut merasakan penderitaan nurani lelaki itu. Desis angin pun seketika terhenti.

Lelaki itu seolah teringat kembali dengan masa silamnya yang kelam. Bahkan teramat kelam yang membuat dirinya kini harus hidup sebatang kara. Menjauh dari dunia pergaulan antar sesama manusia. Menyendiri dalam rimbunnya hutan Kampung yang amat ganas. Dan itu sudah tiga tahun dilaluinya dengan segala kedukaan. Dengan segala resikonya usai dirinya keluar dari penjara.
" Aku harus siap menghadapi ini semua," desisnya saat memulai melangkah keluar penjara.

" Aku harus melawan mereka," tekadnya dalam hati.

Dulu lelaki setengah baya itu adalah orang terpandang. Bahkan amat terpandang di Kampungnya. Kehidupan keluarganya pun amat harmonis bersama sang istri dan sang anak semata wayangnya. Mareka dianggap sebagai representasi keluarga bahagia bagi warga Kampung. Keluarga kecil itu beberapa kali menerima penghargaan dari Kabupaten sebagai keluarga teladan.

Perkenalaannya dengan sekelompok orang yang berjuang di jalan kebenaran atas nama Tuhan Yang Maha Pengasih telah melenakannya.Tidak usahlah diceritakan bagaimana dan apa penyebabnya sehingga lelaki itu bisa bergabung dengan kelompok itu. Yang jelas masuk surga adalah narasi yang selalu digelorakan pimpinan dan pengikut kelompok hitam itu kepada orang yang akan direkrutnya. Awalnya lelaki itu sungguh tidak percaya dengan kelompok hitam itu.

" Mana ada  orang melakukan teror dan membunuh orang tak berdosa masuk surga," pikirnya. 

Tapi lelaki itu terlena bahkan amat terlena dengan frasa masuk surga yang dinarasikan secara simultan oleh pimpinan dan pengikut kelompok hitam itu. Dirinya terlena dengan uraian tentang surga.  Membuat dirinya mulai jauh dari kehidupan normatif sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap kehidupan anak dan istrinya. Usaha elektronik di pasar pun terbengkalai. Tak terurus. Dirinya sibuk ikut kegiatan kelompok barunya yang selalu mendengungkan tentang surga dan surga Berhari-hari dia meninggalkan rumah dan keluarga bersama kelompoknya. Dan setiap ditanya sang istrinya lelaki itu selalu menjawab dengan kalimat mencari surga.

" Aku sedang mencari surga Bu," jawabnya yang membuat sang istri terdiam. Dan sebagai istri tentu saja dirinya  bangga dengan sang suami yang sedang merebut jalan untuk menuju surga di akhirat.

Perilaku sang suami yang jarang pulang, membuat sang istri khawatir. Sebagai istri dia perlu menanyakan  apa sebenarnya yang dilakukan suaminya bersama kelompoknya. Apalagi dalam kamarnya tumpukan buku tentang merakit bom dan jihad berhamburan memenuhi kamar kerja suaminya. Dan yang membuatnya ingin mengkonfirmasikan langsung kepada suaminya adalah usai suaminya pulang, selalu terdengar aksi pengeboman. Sebagai istri tentu saja dirinya amat khawatir. Jangan-jangan suaminya terpengaruh dalam jaringan teroris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun