Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelaki Perindu Lailatul Qadar

6 Mei 2021   04:06 Diperbarui: 6 Mei 2021   20:11 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja mulai menyembunyikan diri. Di atas langit biru, sekelompok camar terbang melayang. Meliuk-liuk. Bak menarikan sebuah tarian kehidupan. Sebuah tanda bahwa gerbang malam akan tiba. Pak Ustad Kampung kaget setengah mati saat hendak sholat Magrib di Masjid, tampak oleh mata tuanya seorang lelaki datang ke arahnya. 

Ya, bagaimana jantung Pak Ustad Kampung tak hampir lepas dari katupnya,  karena yang datang adalah seorang warga Kampung yang terkenal amat begundal dan paling dibenci warga se-kampung karena aksi hitamnya yang sering menyusahkan warga. Kelompoknya dikenal warga sebagai kelompok yang amat meresahkan warga kampung dengan perilaku hitamnya yang sering mencuri ternak warga hingga memalak warga yang baru menjual hasil ladangnya. Dia Matjago. Sang pemimpin kelompok itu.

" Assalamuallaikum, Pak Ustad," sapanya sambil mencium tangan Pak Ustad.

" Waalaikumsalam. Alhamdulillah Pak Matjago. Azan sudah selesai.  Ayo kita sholat magrib berjemaah dulu ,"ajak Pak Ustad.

Dan usai sholat magrib berjemaah, Matjago langsung memberondong Pak Ustad dengan pertanyaan.

" Pak Ustad. Saya mau tanya tentang malam Lailatul Qadar," tanya Matjago.

Mendengar pertanyaan Matjago, senyum Pak Ustad mengembang. Ditatapnya wajah Matjago. Terlihat oleh mata tuanya, segurat harapan terpancar di wajah begundal Kampung itu.

"Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa malam Lailatul Qadar itu terjadi pada malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir," jelas Pak Ustad. Matjago mengangguk. Wajahnya diliputi rasa bahagia mendengar tausyah itu. Siraman rohani yang disampaikan Pak Ustad telah mengucur dalam seluruh tubuhnya.

Matjago pernah berjanji dalam hatinya bahwa ramadan kali ini dia ingin berpuasa dengan khusyuk. Dan lelaki yang dikenal dengan sebutan begundal oleh para warga Kampung berjanji kepada dirinya untuk menjalankan puasa dengan penuh pada bulan penuh keberkahan ini. Bulan seribu bulan yang dipenuhi sejuta keberkahan.

" Bulan puasa ini aku berniat untuk puasa penuh," ungkap Matjago kepada beberapa rekannya. Mendengar ungkapan Matjago, para temannya kaget. Dan mereka pun heran dengan ujaran Matjago.

Ungkapan Matjago bukan sekedar lipservice sebagaimana yang diungkapkan para pejabat di negeri ini yang selalu berbeda narasi yang keluar dari mulut dengan kenyataannya. Perubahan terjadi pada Matjago. Setiap malam di Bulan Ramadan ini, lelaki begundal itu selalu ikut sholat tarawih berjemaah di masjid. Dia tampaknya ingin menjadikan Bulan ramadan kali ini sebagai bulan untuk menempa mental dan jiwanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun