Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Lelaki Pencari Surga

15 April 2021   01:24 Diperbarui: 18 April 2021   21:04 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berdoa| Sumber: Unsplash via grid.id

Suara azan subuh terdengar sangat merdu. Merelegiuskan jaga raya. Menerobos masuk ke dalam telinga orang-orang yang masih terlelap dalam mimpi. Suara azan subuh yang merdu lewat pengeras suara masjid mengetuk gendang telinga Matgagah dengan keras. 

Lelaki tua itu terbangun. Dan langsung menyegerakan diri mendatangi masjid dengan langkah kaki yang tergopoh-gopoh. Seolah takut tertinggal. Melihat kehadiran Matgagah di masjid, membuat para jemaah masjid terperangah. Namun sejuta kebahagian terselip dalam jiwa mereka.

"Alhamdulillah. Subuh yang indah ini, kita kedatangan jemaah istimewa. Sebuah hidayah dari Allah buat masjid kita," sapa Pak Imam masjid saat melihat Matgagah tergopoh-gopoh masuk masjid.

Pertemuan secara tak terduga dengan seorang lelaki setengah baya, seumuran dengannya di warung kopi di ujung kampung membuat Matgagah berubah seribu derajat. Pertemuan tiba-tiba itu telah mengecutkan jiwa raganya. Bagaimana tidak takut, ketika lelaki itu menyebutnya sebagai orang yang akan masuk neraka.

"Bapak akan masuk neraka," sebut lelaki setengah baya itu menunjuk ke arah Matgagah. Tentu saja sebutan itu membuat lelaki yang terkenal di kampung itu terkaget-kaget. Kopi yang baru masuk masuk kerongkongannya hampir tersembur keluar. 

"Bapak belum tahu siapa Matgagah ini?" terang seorang pengunjung warung kopi.

"Saya sangat tahu siapa lelaki itu. lelaki yang akan masuk neraka," ucap lelaki setengah baya itu dengan nada suara tenang. Ucapan lelaki setengah baya itu tentu saja membuat suasana hening melanda sekujur tubuh para pengunjung warung kopi. Mereka semua membisu. Tak ada yang menjawab dan memenggal ucapannya. 

Tak ada pembelaan untuk Matgagah, warga kampung yang terkenal sangat garang dan beringas. Tak ada yang membantah ucapan lelaki setengah baya itu yang menelanjangi Matgagah dengan narasinya yang kejam.

Usai lelaki setengah baya itu meninggalkan warung kopi, barulah para pengunjung kopi melanjutkan obrolannya. Fokusnya soal ucapan kepada Matgagah, warga kampung yang hebat dan paling berpengaruh di kampung mereka.

"Sudah Mat. Tidak usah diambil hati omongan Bapak tua tadi," kata seorang warga.

"Benar sekali, memangnya dia Tuhan yang bisa memutuskan seseorang masuk neraka atau surga," sambung warga yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun