Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Nurani yang Hilang

14 April 2021   14:57 Diperbarui: 14 April 2021   15:08 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: suarainqilabi

Kalimat itu selalu terdengar  dan didengarnya berulang-ulang dari mulut para tetangganya. Sebagai lelaki, harga dirinya tercoreng. Sebagai warga kampung, martabat dirinya terhina. Dadanya terbela. Darah kelakilakiannya mengumpal. Memuncratkan kegelisahan yang mendalam. Ada sebuah luka dalam dadanya. 

" Kamu masih waraskan," tanya seorang temannya.

"Lagian buat apa kamu menantang Pak Juragan, sementara istrimu telah menghinati kamu, suaminya. Apa kamu rela membela seorang perempuan yang telah menodai sebuah ikatan perkawinan kalian," lanjut temannya.

Matasir terdiam. Matanya tajam menatap  wajah temannya. Seolah membenarkan narasi yang disampaikan temannya. Buat apa membela seorang perempuan yang telah menodai kesucian sebuah ikatan perkawinan yang amat sakral. Meninggalkan perempuan itu sungguh terhormat ketimbang mempertahankannya. 

Cahaya temaram rembulan menghiasi jagad raya. Perempuan muda itu mengikuti jejak langkah teman suaminya. jalan itu tak asing baginya. Ya, tak asing sekali baginya. Itu arah jalan menuju rumah Pak Juragan.

" Kita kemana, Pak," tanya perempuan muda itu. " Sepertinya jalan ini tak asing bagi kita," sambungnya.

" Tak asinglah bagi kamu. Ini kan jalan menuju rumah Pak Juragan,' jawab teman suaminya.

Setelah ditinggal Matasir, suaminya, perempuan itu memang pernah datang ke rumah Pak Juragan. Bertemu istri Pak Juragan.  Dia rindu sekali bertemu dengan istri Pak Juragan yang baik hati itu. Setiap perempuan muda itu bertamu ke rumah Pak Juragan, istri Pak Juragan selalu membuka tangan dan hatinya untuk perempuan muda itu sehingga perempuan muda itu bisa bercerita sepuas hatinya. Itu yang membuatnya rindu.

Di teras rumah Pak Juragan, kulihat istri pak Juragan. Sementara di sampingnya perempuan muda itu  melihat ada seorang lelaki yang amat di kenalnya. Dia teman suaminya. Ya, teman Mutasir. Istri Pak Juragan menyambutku dengan senyum khasnya yang ramah dengan balutan sapaan pujian yang menyanjung.

" Tambah cantik kamu sekarang, Nak," puji Istri Pak Juragan.

" Ibu juragan bisa aja," jawab perempuan muda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun