Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rezeki Omelan

9 April 2021   15:00 Diperbarui: 9 April 2021   15:04 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dion terlampau kesal dengan sikapBosnya, Tuan Hio yang selalu mengomel. beruntungnya Tuan Hio tak pernah mengomelnya di depan para karyawan yang lain. Dion pun mampu meredam emosinya. Dan setiap omongan keluar dari mulut bau Bosnya, Dion beruasaha untuk menulikan telinganya. Dia berusaha menahan  emosinya menunggu sampai surat lamaran kerjanya dapat balasan.

" Dion. Omongan Pak Hio tak usah kau masukan dalam hatimu. Maklumlah. Dia kan Bos kita," ujar seorang teman sekantornya.

Dion diam. tak menjawab sepatah kata. Pikirannya bercabang. Memikirkan ibunya yang sedang sakit keraa di kampung. Sementara tabungannya tak ada sama sekali di rekening dan ATM.  Lintasan pikiran itu terus mengalir dalam otak besarnya. Bahkan beranak pinak melahirkan sebuah kecemasan yang sangat akut.

Tiba-tiba, sekretaris tuan Hio memanggilnya.

" Dion. Dipanggil Bos. ditunggu di ruang kerjanya," ucap Sang sekretaris.

Dengan langkah kaki yang melesu, Dion melangkah ke ruangan Pak Hio.  Saat masuk ruangan Bosnya, ditatapnya wajah Pak Hio. Pak Hio mengumbar sejuat senyuman yang belum pernah dilihatnya selama ini.

" Bapak memanggil saya? Ada apa, Pak," tanya Dion.

 " Saya ingin memberimu kabar baik," kata pak Hio dengan penuh senyuman,

" tentang Apa, Pak," tanya Dion dengan rasa penasaran.

" Saya sudah melihat riwayat pendidikanmu. Saya sudah memperhatikan kerjamu. Semuanya sudah saya perhatikan dengan cermat. Maka saya sebagai pimpinanmu patut memberimu apresiasi yang tinggi atas kerjamu selama ini," ujar Pak Hio.

Dion terdiam. Pikirannya masih bercabang. lelaki itu tak mempedulikan omongan Pak Hio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun