" Tolong aku. Tolong aku, Bro,' ucapnya dengan suara gemetar. wajahnya pucat pasi bak mayat. Ku suruh dia duduk di kursi kayu yang ada di belakang rumahku. Segera aku ke dapur untuk mengambil segelas air. Dia langsung meneguk air.
" Ada apa Dullah? Apa yang terjadi," tanyaku setelah ku lihat dia agak tenang.
" Aku dikejar warga. Mereka mau membunuhku," ucapnya dengan suara pelan.
" Salahmu apa sehingga warga kampung ingin membunuhmu," tanyaku dengan wajah keheranan.
" Gara-gara Tetua kampung kita itu dan sesajen," jelasnya.
Tiba-tiba tawaku memecah rasa ketakutan yang mengalir disekujur tubuh Dullah. Dia memandangku dengan tatapan kebingungan. Tergambar dari wajahnya.
" Jadi ceritanya kamu sudah pecah kongsi dengan tetua kampung kita itu," tanyaku.
Dullah mengangguk. Â Airmata mengalir dari kelopak matanya. Dia menyeka airmata dengan lengan bajunya. Sementara segerombolan camar-camar menari-nari di atas awan yang biru. Menyajikan sebuah tarian kehidupan.Â
Toboali, jumat barokah, 9 April 2021
Salam sehat dari Kota Toboali, Bangka SelatanÂ