" Ini abad moderen, Paman. Mana ada orang masih melakukan praktik-praktik purba itu," ujarku kepada Pamanku.
" Buktinya penyakit Bapakmu tak sembuh-sembuh," jawab Pamanku. Aku hanya terdiam mendengar jawaban Paman.
Usai sholat subuh, aku bergegas menuju ke pasar. Aku ingin bertemu dengan Bapak tua yang berprofesi sebagai kuli panggul di Pasar. Usai memarkir motor, aku langsung menuju ke sebuah warung kopi di pojokan pasar. Ku lihat Bapak tua itu ada disana. Dia asyik menikmati kopi seorang diri. Tak ada yang menemaninya.
" Selamat pagi, Pak," sapaku sembari duduk dihadapannya.
" Ada barang yang mau diangkat lagi Pak," tanyanya. Aku menggeleng kepala.
" Aku mohon bantuan Pak Tua. Bapakku di Kampung sakit keras," kataku dengan nada suara setengah berbisik ditelinganya.
" Bapakmu terkena guna-guna kiriman dari mantan pacar ibumu. Kiriman guna-guna itu ada dalam kamar tidurnya. Segeralah pulang dan buang barang itu dari kamar Bapakmu. Insya Allah, sakit bapakmu segera berkurang," katanya.
Tiba-tiba aku teringat dengan foto bapak dan Ibu yang selalu tergantung di kamar tidur bapak. Dan itu foto mereka berdua sudah  terpasang semenjak mereka menikah.  Sebelum aku lahir.
Tiba-tiba airmata ku berlinang. Bibirku bergetar. Hatiku merasa  luka yang  sangat perih bak luka yang ditaburi garam. Aku pun bergegas menuju Kampungku. Menuju rumahku. Ingin bertemu dengan Bapak. Dan tentunya membuang foto Bapak dan Ibuku yang ada di kamarnya dengan segera. Ya, dengan segera ingin ku bakar.
Toboali, selasa malam, 6 April 2021
Salam sehat dari Kota Toboali, Bangka Selatan