Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelaki yang Bersalah kepada Pantai

26 Maret 2021   11:35 Diperbarui: 26 Maret 2021   13:06 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
beautifulpictures14 on facebook

Cerpen : Lelaki yang Bersalah Kepada Pantai

Lelaki itu termangu bingung. Pagi masih senyap. Pemulung belum ada yang mengais rezeki. Orang-orang yang mencari kehidupan belum tampak melintas dengan segala ketergesaannya. 

Lelaki itu masih termangu. Matanya menatap nanar layar laptop yang ada di depannya. Aroma kopi yang dibelinya dari warung kopi terbaik di Kotanya mampu memalingkan matanya dari layar laptopnya yang masih terus menyala. Lelaki itu mengambil sebatang rokok dari bungkusnya. Masih sangat padat. Dibakarnya rokok yang sudah menyelip di bibirnya. Dan kepulan asap pun berkeliaran. Penuhi ruangan kerjanya. 

Senja itu, bebatuan di pantai batu kapur tampak gagah. Kegagahannya tak mampu ditembus air laut yang datang. Seorang perempuan berdiri di atas batuan granit itu. Rambut panjangnya tergerai. Rambut itu makin indah saat bermain bersama dengan angin laut yang genit. Perempuan itu memunggungi dirinya sehingga dia tak bisa melihat wajahnya. Dia hanya meraba-raba wajahnya. Otaknya disibukkan dengan kata untuk menggambarkan wajah perempuan itu.

Seorang nelayan datang ke arahnya. Menggagetkan lelaki itu. lelaki itu mendongak dengan penuh tatapan. 

" Daripada duduk di pantai menyendiri, lebih baik ikut aku melaut. Siapa tahu hari ini kita dapat ikan banyak. Cuaca sedang bagus-bagusnya. Biasanya ikan banyak," ajak nelayan itu. lelaki itu menggelengkan kepala.

" Payah kamu,Bro. sangat payah. Bahagianya cuma saat menyendiri di pantai. Jangan sesali hidup. Dia barangkali sudah bahagia dengan lelaki lain," sambungnya bersungut  sembari menuju ke perahunya. Air laut berkecipak. Nelayan itu telah meninggalkan lelaki itu sendirian. Menuju perahunya dan dalam sekejap nelayan itu telah hilang dari tatapan matanya.

Lelaki itu mengangkat gelas dan menyeruput sisa kopi yang masih berampas. Bibirnya menghitam. Ampas kopi masih membekas di bibirnya. Sebatang rokok kembali dicabutnya dari bungkus. Sudah tepis sekali bungkusnya. Dan kepulan asap rokok dari bibirnya membuat pulau-pulau kecil di langit rumahnya.

" Siapa perempuan itu," tanyanya  dalam hati.

" Itu sesuatu yang amat mustahil. Dan tidak mungkin. Tidak mungkin," suaranya kembali bergetar. 

Senja itu, lelaki itu kembali ke pantai. Desiran angin pantai membuat dirinya bahagia. Suara deburan ombak membahagiakan jiwanya. Para nelayan kampung mulai berdatangan. Meramaikan pantai. Deru suara mesin perahu nelayan mulai terdengar saling bersahutan. Membisingkan telinga. Bahkan menakutkan gerombolan burung yang hinggap di pepohonan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun