Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Perempuan Itu

22 Maret 2021   12:00 Diperbarui: 22 Maret 2021   12:10 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook.com/eyecandyphotograph

Perempuan muda itu masih terngiang dengan obrolan para warga kampung di warung kopi dekat Balai kampung, saat dia melintas di depan warung kopi itu. Suara ejekan bahkan bernada sinis berhamburan dari mulut bau para warga kampung yang menghabiskan sisa waktunya dengan mengobrol di warung kopi itu.

"Anak Ketua Masjid kok berperilaku seperti itu," ujar warga kampung yang masuk ke telinga.

" Iya. Tidak bisa menjaga martabat bapaknya sebagai tokoh agama di kampung ini," sambung warga yang lain.

" Apa kata dunia," celetuk warga kampung yang lainnya.

Perempuan muda itu sedih. Airmatanya mengalir sepanjang jalan menuju rumahnya. Ada rasa kecewa yang membungkus raganya. Sebagaimana kecewanya dia terhadap perilkaunya yang telah mencoreng nama baik keluarganya.

" Kami kecewa dengan perilakumu yang telah mengganggu kehidupan rumah tangga Pak Kepala Kampung. Masih banyak diluar sana lelaki single yang  baik. Kenapa kamu harus mengganggu kehidupan rumah tangga orang," ujar Ibunya dengan nada suara berat berbungkus kecewa. 

Suara azan subuh berkumandang dengan indahnya. Relegiuskan alam raya. Para warga kampung berbondong-bondong menuju masjid. Untuk berserah diri kepada Sang Maha Pencipta. Bersujud kepada Sang khalik. Usai sholat subuh berjemaah, para warga kampung pun segera meninggalkan masjid. Pulang ke rumah masing dan kembali bergelut dengan denyut nadi kehidupan yang makin ganas.

Pak Ketua masjid segera menutup pintu masjid. lampu-kampu masjid pun telah dmatikannya. Baru hendak melangkah meninggalkan masjid, seorang warga kampung berlari ke arahnya. Nafasnya terengah-engah. 

" Ada apa? Kok kamu seperti dikejar-kejar orang," tanya Pak ketua Masjid.

" Anu Pak," jawab warga  Kampung dengan suara nafas yang masih terengah-engah.  

" Anu apa. Kalau bicara yang jelas. Biar saya tahu maksudmu," kata Pak Ketua Masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun