Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Bangkit untuk Berkemajuan Kehidupan

2 November 2020   04:31 Diperbarui: 2 November 2020   04:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Negeri ini sungguh luar biasa. Kemolekan alamnya menebarkan aroma harum hingga ke seluruh penjuru dunia. Libido para penguasa dunia pun tertancap diubun-ubun untuk menikmati kemolekan Ibu Pertiwi. Ratusan tahun imperilis Belanda menyusui Ibu Pertiwi. Inggris dan Portugis pun mencoba menghisap darah negeri ini. Raksasa Asia Jepang pun tak mau ketinggalan untuk ambil bagian untuk menikmati kemolekan alam negeri ini dengan nafsu menjajah.

Haus hegemoni yang diperlihatkan bangsa-bangsa penjajah membuat para rakyat negeri ini sadar dan terbangun dari mimpi buruk. Adalah tak patut bangsa lain menikmati kemolekan dan kekayaan ibu Pertiwi. Rakyat negeri inilah sebagai pemegang kekuasaan negeri ini yang harusnya wajib menikmati kemolekan dan kekayaan negeri ini untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Rasa kebangsaan dan nasionalisme pun tumbuh dan lahir dalam nurani, jiwa dan pikiran para bangsawan pikiran bangsa ini bahwa martabat bangsa wajib diperjuangkan meskipun taruhannya darah, airmata bahkan jiwa raga.

Indonesia Raya pun berkumandang dari Sabang hingga Merauke. Sang Saka MERAH PUTIH berkibar dengan gagah berani di halaman-halaman rumah rakyat yang tersebar dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Proklamasi digaungkan SOEKARNO HATTA. Pekikan MERDEKA membelah angkasa dan jagad raya dan mengalir dalam darah, nurani rakyat. Kita telah MERDEKA.

Negeri ini terus melaju. Membelah riak-riak untuk terus menuju negeri kesejahteraan sebagaimana cita-cita para pejuang bangsa. Dan zaman pun berubah. Orde lama tumbang. Lahir orde baru. Orba runtuh era reformasi dibangun. Pemimpin yang menakhodai negeri ini pun terus berganti dari Soekarno hingga sekarang SBY. Bangkitkah kesejahteraan rakyat? Apakah rakyat sebagai pemegang kekuasaan negeri ini makmur? Apakah penghuni negara ini yang berdiam diri dari Miangas hingga Rote bahagia dan sejahterah?

Rakyat negeri ini sungguh-sungguh hebat dan patriotik dalam menempuh kerasnya kehidupan. Berjuang dan terus berjuang untuk hidup dan kehidupannya.Berbagai gairah purba yang dilakukan pemimpin dan pemegang kekuasaan dan pengemban amanah rakyat tak membuat rakyat negeri ini putus asa dalam menempuh kehidupan. Mereka tetap hidup dan terus menantang kehidupan.

Suara rakyat yang  dititipkan kepada WAKIL RAKYAT di TPS dengan rasa bahagia lenyap entah kemana. Bergema lantang hanya untuk kepentingan kantong safari WAKIL RAKYAT.  Pemimpin yang dipilih oleh rakyat pun kini sibuk menebar pesona di media dan citra diri. Tampil dimana-mana. Dikoran,di televisi,di radio, dibaliho untuk pamerkan diri dengan slogan yang penuh kata-kata dan diksi heroik bak pahlawan. Padahal strategi besar untuk kepentingan hanya ada di catatan dan dalam bualan saja tanpa ada implementasi nyata untuk kesejahteraan rakyat.

Hegemoni seolah-olah hanya milik para penguasa dan pemegang amanah rakyat. Padahal tanpa suara rakyat impian mareka untuk menjadi pemimpin hanya ada  di kasur sebagai penghias tidur siang. Sok kuasa pun ditunjukkan. Kesana kesini naik mobil berflat merah. Rakyat cuma dihibur dengan suaraknalpot dan deru debu. Namun rakyat tetap bangga dengan kehidupannya dalam menjalani kehidupan. Dengan hasil kebun. Dengan penuh perjuangan rakyat tetap hidup dan berkehidupan.

Menjelang PILKADA , para pemimpin menunjukan sikap baik hati. Bertandang ke rumah-rumah rakyat. Bercerita dan berkelakar dengan mengatasnamakan silahturahmi. Tunjukan diri paling pro rakyat. Ceritanya pun membela langit tujuh soal kesejahteraan rakyat. Gayanya bak malaikat. Egomania. Ujung-ujungnya minta Dukungan.

Rakyat negeri ini sudah sangat cerdas dan pintar, Rakyat tahu mana Pemimpn yang pro rakyat yang hakiki. Rakyat makin paham dan memahami, mana Wakil rakyat yang sesungguhnya berjuang untuk rakyat. Rakyat tidak akan pernah memilih Pemimpin dan Wakil Rakyat yang lahir dari proses perekrutan yang bersandarkan pada keturunan sebagaimana dalam aristokrasi. Rakyat tidak akan pernah memimpikan pemimpin  yang lahir dari proses perekrutan pada kekayaan sebagaimana dalam plutokrasi.

Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dinegeri ini akan melahirkan Pemimpin yang berjejak pada prestasi (meritokrasi) yang berjuang dengan aksi nyata dan amat dirasalan rakyat. Bukan yang mengatasnamakan rakyat namun berjuang untuk kemakmuran pribadi. Dan ini yang kata Bung Karno bahwa dalam suatu masa kamu (rakyat) akan lebih berat dalam berkehidupan karena menghadapi bangsamu sendiri.

Harus dipahami bahwa rakyat negeri ini tidak akan pernah bermimpi sedetikpun untuk melahirkan Pemimpin  yang ambisi berkuasanya berada diubun-ubun yang selalu lupa akan kemampuan diri dalam mengartikulasikan suara dan kepentingan rakyat. Silahkan para pengambisi di ubun-ubun mencalonkan diri dalam kontestasi demokrasi . Silahkan turun gunung untuk menebar pesona masa lampau. Para pengambisi diubun-ubun berasumsi kehadiran mereka dengan libido kekuasaannya akan mampu merebut simpati dan empati rakyat yang kini didera kesusahan berkehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun