Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Koruptor yang Mati di Hari Kemerdekaan

17 Agustus 2017   23:54 Diperbarui: 18 Agustus 2017   12:25 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Upacara perayaan hari Kemerdekaan di Kampung Lilot ricuh. Padahal seluruh elemen masyarakat telah mempersiapkan jauh-jauh hari dengan perencanaan yang matang. Bermalam-malam Panitia perayaan 17-an agustus Kampung Lilot rapat untuk melahirkan kegiatan yang semarak. Jadwal acara telah tersusun dengan rapi. Termasuk soal siapa yang akan hadir di panggung kehormatan bersama Pak Kades dan tokoh-tokoh masyarakat serta tentunya para pejuang yang masih tersisa. 

"Kursi dipanggung kehormatan hanya diduduki mereka-mereka yang berjasa buat negara dan bangsa serta masyarakat Kampung kita. Tak boleh ada yang lain," urai Pak Bandot sebagai Ketua Panitia Hari Kemerdekaan.

"Setuju," suara koor peserta rapat bergemuruh kencang hingga membangunkan kucing liar di pinggir hutan Kampung yang sempat terlelap karena tak ada mangsa pada malam yang bening.

Kehadiran Pak Rakus pada kegiatan 17-an agustus adalah pangkal permasalahannya. Entah siapa yang mengundang, tiba-tiba lelaki yang dulunya merupakan pejabat tingi Kabupaten hadir dan duduk di panggung kehormatan bersama undangan resmi lainnya. Lelaki berkulit putih yang baru saja keluar dari penjara karena kasus korupsi tiba-tiba saja hadir di panggung kehormatan. Senyuman yang ditebarkannya ke seluruh penjuru, ditanggapi sinis oleh para warga yang hadir. Mereka kecewa dengan kehadiran lelaki yang selalu tampil klimis dan wajah tak berdosa  itu. Bagaimana tidak, dimata warga Kampung Lilot, Pak Rakus bukan hanya menciderai nama Kampung mereka, namun membuat warga susah karena menilep uang bantuan pemerintah untuk pembelian pupuk warga. Akibat ulahnya warga gagal panen dan banyak menderita kerugian besar. Bahkan ada warga kampung yang meninggal gara-gara perbuatan purbanya itu. Tak pelak semua warga Kampung memusuhinya.

Dan sejak kasus itu pula warga Kampung Lilot sangat membenci Pak Rakus hingga ke tulang sum-sum nurani mereka. Berjuta-juta kebencian ditebarkan warga hingga membuat keluarga pak Rakus pun harus pindah ke Kampung lain.

" Tak ada sejengkal tanah pun untuk Pak Rakus dan keluarganya di Kampung ini," seru warga saat menggelar demo di Kantor Desa.

" Kami minta Pak Rakus dan keluarganya pindah dari kampung ini. Kami tak mau Kampung kami tercemar dengan perbuaan purba itu," seru orator demo.

" Ya, kami tak mau ada koruptor di Kampung ini," seru warga lainnya yang ditimpali dengan koor setuju dari ratusan warga.

###

Kini di hari yang sangat sakral, lelaki yang sangat mereka benci hadir di upacara Hari kemerdekaan bangsa yang sangat sakral. Tak pelak sejuta mata para peserta acara penaikkan bendera merah putih dilapangan sepakbola Kampung mulai berdenyut keras. Ada seuntai pemberontakan batin dalam jiwa mereka. Sejuta tanya menggantung dalam nurani para warga.

" Siapa sih yang mengundang Pak Rakus ke acara yang sangat sakral ini," bisik seorang undangan ke teman sebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun