Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tanpa Cahaya

11 Juni 2017   17:39 Diperbarui: 8 September 2017   12:28 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nay, akhirnya tak kuasa untuk melawan noda malam yang terus datang dan menggodanya tanpa malu. Teringat sebelum dirinya berangkat tadi anaknya menceritakan tentang uang SPP yang belum terbayar.  Tentang uang kontrakan yang sudah ditagih pemilik kot dengan wajah garang. Dan tentunya sejumlah uang untuk baju baru anaknya. Kepala Nay berat. Sangat berat sekali. Seberat ketukan pintu kamarnya yang didengarnya dengan samar-samar. Tak seperti biasanya yang terdengar garang ketukannya.

Pintu terbuka. Nay kaget setengah mati. lelaki yang masuk ke kamarnya itu mantan kekasihnya yang ditinggalkannya demi mencari harta di Kota. lelaki yang dianiaya hatinya oleh dirinya. lelaki yang sangat mencintainya dengan setulus hati. lelaki yang ingin meminangnya. Dan lelaki yang kini sudah dipanggil Pak Lurah oleh warga Kampungnya.

" Aku ingin mengajakmu pulang," sapa lelaki itu dengan suara lirih.

" Aku malu," jawab Nay.

" Meninggalkan pekerjaan ini sungguh terhormat. Dan pulang ke Desa sungguh lebih baik. Hidup di Desa lebih mulia ," jawab lelaki itu.

" Kamu tak malu punya istri seperti aku yang pekerjaannya sebagai pemuas nafsu lelaki," tanya Nay.

" Aku malu kalau engkau masih di sini. Aku mencintaimu sepenuh hati. Karena itu aku datang ke sini menjemputmu," ujar lelaki itu.

"Bagaiman dengan anakuku," tanya Nay lagi.

" Dia anakku juga," kata lelaki itu.

Suara Azan subuh hantarkan Nay, anaknya dan lelaki itu pulang ke kampung mareka. Sejuta asa digantungkan Nay pada lelaki itu. lelaki yang pernah ditolaknya karena asanya kepada kehidupan Kota yang katanya bisa menjahit baju kehidupan yang bernama kekayaan. (Rusmin)

Toboali, Bangka selatan, 11 juni 2017

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun