Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tanpa Cahaya

11 Juni 2017   17:39 Diperbarui: 8 September 2017   12:28 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan muda  yang bernama Nay itu hanya terdiam mendengar jawaban temannya. Hanya matanya yang berbinar-binar seolah harapan untuk hidup kaya raya sudah terbentang di depan mata. " Dia aja yang cuma lulusan SD kok bisa kaya hidupnya. Bisa membahagiakan orang tuanya. Bisa beli itu dan ini. Masa sih aku yang lulusan SMA tak bisa. Lagi pula wajahku masih lebih cantik dari dia,' pikirnya dalam hati.

___

Dengan modal seadanya, Nay akhirnya berangkat juga ke Kota. Kota yang katanya menawarkan kebahagian, walaupun keluarganya sudah melarangnya dengan setengah mati. Perempuan itu tetap bersikeras untuk melanglang buana ke  Kota yang katanya bisa membuatnya kaya. Kota yang katanya...

" Apa kepandaianmu untuk hidup di Kota Nay," tanya Ibunya.

" Mohon doanya saja Bu biar aku bisa menaklukan Kota," jawab Nay dengan penuh optimistis.

" Hanya dengan modal nekad," ujar Ibunya. " Padahal lelaki itu sudah menunggumu. Dia ingin meminangmu, Nay," lanjut Ibunya. Nay cuma terdiam. teringat dengan lelaki yang mati-matian ingin meminangnya. Lelaki yang akan mengangkat martabat kehidupannya tanpa harus ke Kota.

Perempuan itu telah bertekad bulat untuk hijrah ke Kota. Sejuta angan-angan terus menggerogoti jiwa mudanya selama perjalanan. Rasanya dia ingin segera tiba di Kota dan melahapnya. Bus yang ditumpanginya terasa pelan kecepatannya. Padahal kecepatan mobil yang dikendarai pak sopir yang matanya terus menjilati tubuh Nay yang tertidur dan sedang bermimpi tentang indahnya Kota dengan angan kotornya sudah sangat maksimal. Beberapa kali penumpang memperingatinya karena kecepatan mobil sudah sangat kencang. Dan akhirnya dirinya pun tiba di Kota yang katanya bisa menjahit kehidupan yang memartabatkan dirinya dan keluarganya.

Dan Nay terkaget-kaget ketika temannya mengenalkannya dengan seorang wanita yang akrab di panggil mami. Nay tak kuasa berontak. Tak ada kekuasaannya untuk menolak. tak ada sama sekali. Laksana para koruptor yang tertangkap tangan oleh KPK. Dan malam itu, malam pertamanya di kota dengan lumuran noda. Noda yang ditaburkan para lelaki hingga membuat jiwanya meraung hingga ke angkasa  bersama malam yang pekat.  

___

Orang-orang mulai meninggalkan masjid usai Tarawih. Nay berpapasan dengan mareka. Sejuta senyum penuh kepahitan diumbarnya. Sekedar basa-basi. Sebagaimana senyumnya yang selama ini diumbarnya kepada para lelaki malam yang mencari jati diri dengan mengorbankan martabatnya sebagai lelaki di hadapannya. lelaki yang tak memperlakukan kelaminnya pada tempat yang layak. lelaki yang merendahkan dirinya karena membayar hanya untuk mengejar sebuah kepuasan semu tanpa malu. lelaki yang hanya mengumbar nafsu.

Malam ini Nay sebenar sangat sungkan untuk memperlakukan malam yang bening sebagai malam yang berlumpur noda. Dirinya sangat malas. Ada sesuatu yang terselip dalam jiwanya saat berpapasan dengan orang-orang yang pulang dari terawih tadi. Ada sentuhan di nurani saat melihat kaum perempuan berhijab. Ada cahaya yang menjalar dalam tubuh cantiknya. Ada sentuhan jiwa yang merayap dalam sekujur tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun