Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeri Ini Anugerah Terakhir

22 April 2017   07:01 Diperbarui: 22 April 2017   16:00 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuhan sangat bermurah hati pada negeri ini.

Lihat saja, hamparan padi menguning terbentang dari Karawang hingga Panarukan.

Seperti selendang Dewi Sri yang sedang menari tarian bulan purnama.

Pasir putih bergulir kesana kemari,  digigit angin pantai yang rendah hati dari pesisir Sawarna hingga halaman depan Senggigi. Seperti kalung Rahwana yang berhamburan setelah dipanah Rama.

Gunung Merapi yang penuh amarah hingga Ungaran yang lembut pasrah, suburkan setiap jengkal permukaan ladang petani. Seperti cinta seorang ibu pada tingkah polah si buah hati.

Laut Banda yang gagah dan Selat Malaka yang ramah. Sediakan berbagai jamuan makan di meja lautan yang tak akan habis hingga berakhirnya jaman.  Seperti air yang mengalir tiada henti dari ketinggian saat turun hujan.

Badai dan gempa yang terkadang datang berulang. Bukanlah bentuk hukuman atas kebodohan atau kesalahan. Hanya ibarat perhiasan emas yang perlu disepuh agar tak berkarat. Hanya pemberitahuan bahwa selalu ada harga untuk diingat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun