Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Patahan Kata di Gang Kota

12 Oktober 2020   23:26 Diperbarui: 12 Oktober 2020   23:26 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Malam siapa gerangan yang begini tenggelam. Larut dalam secangkir kopi sacetan. Bersama sedikit nyanyian. Dari lintang kemukus yang nyaris saja menjadi perdebatan.

Sedangkan langit hanya bisa bergumam. Melalui hujan semenjana yang jatuh secara sederhana. Dan sehelai daun yang diterbangkan gulita, melayang di antara hati orang-orang yang sedang patah hatinya.

Aku menuliskan beberapa patah kata yang lantas patah. Menjadi beberapa bagian teka-teki seperti apa cara badai merasuah. Keinginan. Juga sisa-sisa pertanyaan.

Kota-kota yang sedang tertidur saling berbalas dengkur. Mengiringi langkah para pekerja malam yang masih menyisakan beberapa bata dan alas kaca. Di sebuah menara. Lalu bersenda gurau menghabiskan canda yang tersisa bersama para pedagang kaki lima.

Gang-gang dan trotoar saling bertukar kesepian. Mengusap cahaya temaram lampu. Untuk kemudian mendaki kabut tipis. Dari udara kota yang sama sekali tidak romantis.

Aku berhenti menuliskan kata-kata yang lantas merupa umpatan durjana. Ke dalam sajak-sajak renta yang kehabisan nyawa.

Di kegelapan kumuh yang tetap saja terasa jumawa.

Bogor, 12 Oktober 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun