Tak ada yang bisa menyuruhmu untuk menangis lagi. Airmata sudah mulai punah abad ini. Beberapa dimusiumkan sebagai sejarah. Dan sisanya dikapalkan oleh kapal ulang alik ke negeri-negeri yang hanya ada di buku-buku Jules Verne.
Karena itu aku terkejut saat kau mulai meratap lagi. Memang kali ini tanpa airmata. Hanya sedu sedan serupa suara hujan. Tapi tetap saja aku terheran-heran. Ratapan juga sudah tidak laku dijual. Pasar-pasar tradisonal telah resmi tutup. Digantikan oleh situs-situs yang gugup.
Aku ternyata salah terka. Kau sesungguhnya tidak meratap. Kau hanya berusaha keras untuk bertahan dari kepedihan yang berulangkali mengejarmu seperti mimpi buruk. Kau cuma merutuk. Mirip sekali dengan suara burung dekuk yang gagal menyergap malam sebagai mangsa. Lalu merasa tidak baik-baik saja.
Aku ingin menyarankan kau untuk bergembira tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku sudah kehabisan cerita tentang sebuah drama yang bahagia. Karena dunia ini makin lama makin kehabisan tawa.
Semua telah disulap menjadi kode-kode biner yang maya.
Tapi jelas lebih berbahaya.
Bogor, 20 Agustus 2020