Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bait dan Klausa Cinta

11 Juli 2020   23:09 Diperbarui: 11 Juli 2020   23:04 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Aku berusaha mencarimu lagi, di antara lipatan huruf-huruf yang dulu kau sembunyikan di kaki langit yang sepi.

Aku berdiri di sisi pantai yang landai dengan banyak bekas lintasan badai. Sedangkan kau berdiam di pinggir kepundan sebuah gugusan kaldera yang banyak ditumbuhi anggrek bulan. Kita berada di koordinat yang berjauhan. Tapi aku merasa kita ditakdirkan bukan sebagai kutub utara dan kutub selatan.

Aku mencoba menabur sepotong kegelapan di tengah kerumunan cahaya. Sedangkan kau menganyam sinar lampu untuk menghangatkan sedikit rindu. Kita berbincang-bincang sepanjang malam. Dengan laring suara yang kehabisan percakapan.

Aku tidak sedang menelusuri jejak sejarah yang sunyi. Karena aku kini lebih menyukai menggambari mimpi. Sedangkan kau sudah berada di sana. Dengan langkah-langkah setegas para pemburu senja. Ketika menyaksikan terbenamnya matahari, sebagai puncak keinginan tertinggi.

Aku, menuliskan kata pengantar pada buku. Sedangkan kau, adalah bab-bab yang menerjemahkan apa itu masa lalu. Kita menjadi halaman yang telah usai dibaca. Dalam bentuk bait-bait sederhana yang dipenuhi klausa cinta.

Bogor, 11 Juli 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun