Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Remah-remah Roti

27 Mei 2020   23:22 Diperbarui: 27 Mei 2020   23:24 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana cara menerjemahkan pustaka malam
saat ungkapan dan kiasan
hanya diwakili oleh kelam
dan sedikit riasan yang dijatuhkan
oleh patahan rembulan?
Apakah bisa memungut sisa-sisa kegembiraan
dari Idul Fitri
yang baru saja pergi,
atau mengumpulkan kembali
kepingan-kepingan kecil Ramadan
yang masih tersisa
di sudut-sudut hati?

Kita sesungguhnya ditakdirkan
untuk selalu memunggungi malam
saat harus menjemput pagi
dan berusaha sekeras mungkin melupakan
ingatan-ingatan yang terpasung
oleh masa lalu yang murung
kemudian berlari secepat binatang buruan
di padang tak bertuan
seperti seorang ronin
yang kembali kehilangan majikan

Dunia tempat kita tinggal dan berharap
adalah remah-remah roti
yang sengaja ditinggalkan
agar bisa mencari jejak
saat kembali pulang
dan tidak lagi tersesat
di labirin masa silam

Bogor, 27 Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun