Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Filosofi Cinta

28 Maret 2020   18:13 Diperbarui: 28 Maret 2020   18:30 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada mulanya
saya mencintai diri sendiri
lebih dari saya mencintai orang lain
tapi saya gagal
bertemu dengan cermin
sehingga saya kemudian
menyerah pada keadaan
dan mulai mencintai orang lain
seperti angin
yang juga tak mau mencintai
dirinya sendiri
dan lebih memilih menjadi semilir
lalu menjelma dalam tembang ilir-ilir
yang mengajarkan apa arti
menjadi diri sendiri
dengan tetap mencintai
langit dan bumi

Kalaupun menjadi badai
angin hanya ingin menunjukkan
sebuah filosofi
tentang kebesaran
agar yang biasa jangan pernah disepelekan

Seperti juga matahari
selalu membagi dirinya menjadi dua
agar malam tetap satu
untuk menunjukkan tentang cinta
kepada siapa saja
tanpa memandang
apakah mereka mencintai kegelapan
dan merutuk cahaya
atau sebaliknya

Bogor, 28 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun