Pada mulanya
saya mencintai diri sendiri
lebih dari saya mencintai orang lain
tapi saya gagal
bertemu dengan cermin
sehingga saya kemudian
menyerah pada keadaan
dan mulai mencintai orang lain
seperti angin
yang juga tak mau mencintai
dirinya sendiri
dan lebih memilih menjadi semilir
lalu menjelma dalam tembang ilir-ilir
yang mengajarkan apa arti
menjadi diri sendiri
dengan tetap mencintai
langit dan bumi
Kalaupun menjadi badai
angin hanya ingin menunjukkan
sebuah filosofi
tentang kebesaran
agar yang biasa jangan pernah disepelekan
Seperti juga matahari
selalu membagi dirinya menjadi dua
agar malam tetap satu
untuk menunjukkan tentang cinta
kepada siapa saja
tanpa memandang
apakah mereka mencintai kegelapan
dan merutuk cahaya
atau sebaliknya
Bogor, 28 Maret 2020