Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Almari

25 Maret 2020   09:13 Diperbarui: 25 Maret 2020   13:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di setiap tingkap raknya
kau menyimpan ribuan kenangan
yang belum sempat
dijadikan sajak dan puisi
tapi seringkali
kau jadikan sebagai pagi
saat kau mulai membuka mata hati
untuk bercinta dengan matahari

Terkadang sebagian
malah kau putuskan menjadi malam
agar bisa menemanimu
mempigura dinding kamar
menjadi sebuah lukisan
sehingga kau punya kemesraan
yang tumpah di iris mata
dalam jalinan cerita
yang tak lagi berairmata

Pada sarang laba-laba
yang berdiam di sudut tergelapnya
kau menggambar labirin cahaya
namun kau belum mencoba
untuk mengembarainya
karena kau berkeinginan
terlebih dahulu berjumpa
dengan kerinduan
yang masih mencoba bertiwikrama

Almari adalah semesta
yang dikecilkan untuk sementara
sebelum setiap inchi barang-barang di dalamnya
masing-masing bercerita
mengenai apa saja
asalkan bukan tentang besarnya kerinduan
yang dimampatkan kericuhan
pada saat hujan
hanya sanggup membangkitkan kenangan
tanpa sepatahpun percakapan

Bogor, 25 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun