Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Kegembiraan di Antara Kegelapan dan Cahaya

21 Maret 2020   07:58 Diperbarui: 21 Maret 2020   20:29 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Pada suatu pagi yang memunculkan sebuah senyuman untuk sarapan, matahari yang baru terbit adalah ceplok telor yang sempurna. Terhidang di atas piring kaca, sekaligus tempat bercermin agar tak jatuh dalam episode hari yang bermuram durja.

Sisa-sisa hujan semalam, berpawai di pucuk dedaunan. Menampilkan atraksi yang diharapkan bisa menggugah kegembiraan. Setelah beberapa lama udara dikurung aroma kesedihan.

Kata orang, bumi sedang membersihkan diri dari kepedihan lama. Kataku, bumi hanya mencoba mengembalikan keseimbangan secara sederhana.

Kaki langit menjadi kamera yang menyorot dari segala sudut. Membiaskan rona-rona gembira pada segala hal yang berbau luput.

Ini bukan filosofi yang mengabstraksi kejadian. Tapi secuil keyakinan yang dibangun dari puing-puing kecemasan.

Agar orang-orang kembali mengenali kegelapan dan cahaya. Tidak salah satunya saja. Atau bahkan sama sekali tidak mengenali keduanya.

Bogor, 21 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun