Berhentilah membuatku seperti lelaki yang kehabisan kata-kata. Aku sudah berada di hadapan rak-rak buku. Di sebuah perpustakaan yang pengunjungnya tak lebih dari satu.
Aku tidak menemukan apa-apa. Kecuali beberapa frasa berbahaya mengenai cinta di tengah cuaca yang memburuk bukan oleh angin. Namun lebih banyak disebabkan keinginan yang mendingin.
Musim sedang berada di antara muson dan pasat. Angin terlanjur mampat. Berhenti di tengah fase samsara. Reinkarnasi yang mengulang renjana. Tanpa keterlibatan banyak rencana.
Mungkin di situlah banyak tersembunyi kata-kata yang kehilangan ibundanya. Kelu. Menatap kalimat yang membatu. Tanpa tanda baca selain tanda seru.
Dan aku menjerit seperti elang yang bertabrakan, dengan udara yang mengeras. Sayap-sayap kebas, akhirnya membuatku kembali menjadi penyintas.
Terbang meraih matahari. Satu-satunya yang masih punya kehangatan di pagi hari.
Jakarta, 10 Maret 2020