Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi yang Gembira

9 Maret 2020   18:59 Diperbarui: 9 Maret 2020   18:58 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Aku sedang menulis puisi kegembiraan
di saat debu kendaraan masih terus menciptakan kabut
membuat mataku pedih dan berair
kota ini sebenarnya terbuat dari apa?
sisa-sisa hujan? Atau bingkisan airmata?

Mungkin juga kota ini adalah sebuah film lama
yang sedang tayang ulang di bioskop
dengan layar yang sangat buram
sehingga apapun yang diskenariokan,
terlihat begitu muram
seperti wajah seorang pendaki
yang mencari matahari
di puncak gunung
tapi ternyata
mesti menuruni tebing curam
menjumpai buruknya kenangan

Atau sebenarnya
kota ini selalu memperbarui
riasan di wajahnya
dengan pemerah bibir
semenyala sandyakala
dan perona pipi
semerona raut muka seorang dara
yang sedang jatuh cinta

Tapi kota ini lupa
untuk selalu tersenyum ramah
memamerkan bibir merah
dan pipi yang merona
sehingga ketika matanya
sedang disinggahi purnama
tidak semua hal
akan kehabisan kata-kata
untuk sekedar
menuliskan puisi yang gembira

Jakarta, 9 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun