Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lupa, Ingat, dan Lupa-lupa Ingat

25 Februari 2020   07:25 Diperbarui: 25 Februari 2020   07:26 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Aku lupa caranya
bagaimana menyatakan cinta
kepada titik embun terakhir
yang moksa, dengan penuh rasa cinta
di suatu pagi ketika
matahari mulai menampakkan raut muka

Tapi aku ingat cara-cara
mengatakan cinta kepada sandyakala
kala noktah merah pertama
meninggalkan semburatnya
yaitu dengan menuliskan petang
dalam sajak-sajak yang tak lagi gamang

Aku lupa caranya
bagaimana berterimakasih yang benar
terhadap rintik hujan pertama
datang menjatuhi halaman yang mengering
dengan nada-nada stakato
yang berima seolah sajak-sajak yang berjeda

Tapi aku ingat cara-cara
berterimakasih dengan penuh kasih
terhadap akhir musim penghujan
atas segala nada-nada legato
yang mengingatkan dengan irama liris
bahwa kemarau pun bisa bertindak romantis

Aku lupa-lupa ingat
bagaimana cara menyembuhkan diri
dari amnesia
yang banyak mencuri waktu senggang
tentang pendeknya kenangan
yang bisa kembali dikenang
pada genangan terakhir di musim hujan
juga pada hari-hari pertama dimulainya kemarau panjang

Jakarta, 25 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun