Tidak karena semata-mata cinta, jika aku menulis puisi tentang matahari dan cahaya. Aku hanya ingin membuka pintu kegelapan. Yang seringkali menyamar sebagai ilmu pengetahuan. Dan berada pada halaman depan. Dari buku-buku yang dipajang di perpustakaan.
Tidak semata-mata karena asa, bila aku menulis sajak tentang rembulan dan ketiadaan bintang-bintang di sekelilingnya. Aku hanya mau memperlihatkan langit malam. Ketika nyaris semua perbincangan telah padam.
Tidak semata-mata oleh musabab putus asa, ketika aku menulis syair tentang rencana dan perkara yang selalu menyertainya. Aku hanya hendak berbagi cerita tentang hujan. Yang datang dari pegunungan. Lalu pulang sambil membawa sekian banyak pesan. Tentang kemarau. Juga musim dingin yang berbau tembakau.
Tidak oleh apa-apa, waktu aku menulis kata-kata yang kehilangan percakapannya. Aku hanya tak mau kau tahu. Dunia lebih banyak menyimpan rindu. Dibanding mendermakan pilu. Karena dari situlah, awal mula kegembiraan dirumuskan. Daripada kegelisahan yang tak mungkin bisa diformulasikan.
Jakarta, 11 Desember 2019