Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kerajaan Hujan

8 Desember 2019   08:19 Diperbarui: 8 Desember 2019   08:19 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari kita berbincang
membicarakan langit hari ini
yang mulai dipadamkan mendung hitam
dan kita tidak bisa berbuat apa-apa
untuk membuatnya kembali
seperti semula
karena hujan, sedang membangun kerajaan

Saat kerajaan itu membesar
aku harap kau mau berdansa
di balairungnya
aku akan ada di sana
menunggumu, menarikan masa lalu
hingga selesai
dan setiap segmennya bergerak
menuju usai

Hujan punya koloni di mana-mana
berupa airmata
yang kemudian diterjemahkan
dalam berita-berita duka
maupun kekacauan linimasa
saat berkisah tentang dunia
yang terlunta-lunta
ketika kelaparan, membabi buta
dan peperangan, semakin gelap mata

Mari kita sudahi saja
semua acara dansa
ini saatnya duduk bersama
merencanakan ritual sederhana
bagaimana membuat hujan bahagia
agar mereka tak membadai
sebelum waktunya
dan kita hanya akan bisa berdansa
untuk merayakan puing-puing kehancurannya

Jakarta, 8 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun