Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kedangkalan Mimpi dan Kedalaman Puisi

19 November 2019   21:20 Diperbarui: 19 November 2019   21:41 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdns.klimg.com

Mungkin setelah lampu mati
atau sesudah memadamnya matahari
beberapa pujangga mau berhenti
menulis puisi
menggantinya dengan gambar
sore hari yang gentar
dengan tubuh gemetar
mencari pintu yang terbuka
menuju senja
yang baik-baik saja

Barangkali ketika gradasi warna
menyapu tubuh bianglala
dalam kejadian hujan
yang jatuhnya diatur
dalam irama dedaunan yang gugur
lantas melintasi seberkas cahaya
yang dipancarkan kerinduan
sedalam lautan
menyepuh segala sesuatu
tentang sepi yang keterlaluan
dan melompat-lompat kegirangan
setelah menemukan
sisa mimpi terbaik
di laci almari
yang dulunya terkunci

Senja yang kehujanan
bercerita mengenai pagi tadi
saat jeritan melati
memasuki gendang telinga
orang-orang penyuka bunga
namun lupa menyiraminya
lalu menjumpai
halaman depannya menjadi pentas kerumitan
dari pertunjukan kematian

Malam membuka jendela kegelapan
dengan hati berdebar
seperti seorang pemuda
yang memingit hatinya
demi seorang dara
yang hanya merupa di kedangkalan mimpi
tapi berhasil ditemui
pada kedalaman puisi
yang tak juga jadi-jadi

Bogor, 19 November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun