Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wajah Renta Sebuah Kota

21 September 2019   02:00 Diperbarui: 21 September 2019   01:59 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang petang
di sebuah kota yang terus-terusan gamang
pada sikapnya sendiri atas kemanusiaan

Seorang gadis kecil bermata kuyu
mengangsurkan dua bungkus tisu
; pak, bu, ini tisu untuk membersihkan segenap rasa kelu. Hanya sepuluh ribu.

Seorang lelaki kecil berambut kelabu
menyanyikan lagu kerinduan akan ibu
; pak, bu, boleh seikhlasnya bantu. Agar saya bisa bayar buku untuk kelak bisa membanggakan mendiang ibu

Dua orang kakak beradik menghampiri kerumunan
sang kakak menabuh gendang dengan ritmis irama ketukan
si adik mengumandangkan liris tembang-tembang kenangan
; kami di sini bukan untuk dikasihani, kami datang untuk membeli kemurahan hati
dari segenap jiwa yang patuh merawat ingatan
karena paham bahwa lupa mudah sekali melukakan

Serombongan penari
melabuhkan diri di kesibukan perempatan
membedaki wajahnya dengan debu jalanan
membubuhkan perona pada pipi yang dihanguskan matahari
melumuri tubuhnya dengan aroma kota yang telah lama dikabarkan bunuh diri

Jakarta, 21 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun