Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Pulau Neraka)

16 September 2019   23:41 Diperbarui: 17 September 2019   11:08 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desi Suyamto's Properties (dokpri)

Negeri Tulang Belulang (Kelelawar Pemangsa)

Ran terkesiap! Bagaimana dia bisa keluar dari situasi hidup mati ini? Serbuan gelombang hitam yang mematikan semakin dekat sementara dia berada di atas pohon besar yang cukup tinggi. Melompat berarti mati. Berdiam diri?

Kelelawar pertama tiba dengan cepat. Ran bisa menyaksikan mulut yang mengerikan itu terbuka lebar. Memperlihatkan taring panjang dan tajam. Ran memejamkan mata. Mungkin memang hanya sampai di sini takdirnya.

Beberapa inchi sebelum taring itu menancap di leher Ran, mendadak kelelawar itu melakukan belokan tajam pada terbangnya. Menghindar secara tergesa-gesa agar tidak bersentuhan dengan kulit tubuh Ran. Begitu pula kelelawar-kelelawar di belakangnya. Murmurasi terbang kawanan kelelawar itu pecah berantakan. Sebagian dari mereka bertabrakan.

Tapi situasi yang kacau itu hanya sebentar. Setelahnya, ratusan kelelawar pemakan daging itu hanya berkeliling di sekitar pohon tempat Ran meringkuk pasrah menanti kematian. Berputar sambil mengeluarkan dengung mengancam. Sekaligus juga kebingungan. Mereka sepertinya ingin memakan Ran namun bau tubuhnya mencegah mereka melakukannya.

Ran mendengus-denguskan hidungnya. Mencium lengan dan punggung tangannya dengan heran. Bau aneh yang sangat tajam menguar dari sana. Aahh, ini dia rupanya! Aroma dari remasan daun pohon ini telah mencegah kelelawar-kelelawar pemangsa itu mendekatinya. Luar biasa!

Tanpa ragu-ragu lagi Ran mengulang tindakannya tadi. Diambilnya beberapa helai daun, diremasnya, kemudian dibalurkannya ke bagian tubuh yang terbuka. Bahkan baju dan celananya juga dilumurinya. Saat melakukan itu semua, Ran merasa sesuatu menjatuhi celananya dari atas. Mungkin berasal dari tajuk pohon. Dilihatnya seekor semut Siafu seukuran ibu jari kaki merayap di sana, berhenti bergerak lalu menggeliat-geliat hebat. Sekarat.

Ran paham sepenuhnya sekarang. Rupanya ekstrak daun itu memiliki efek mematikan. Tapi kenapa dia baik-baik saja?

Ran sama sekali tidak mengetahui bahwa selama ini dia berlindung di pohon langka yang hanya berjumlah 7 pokok di seluruh dunia. Pohon yang dinamakan oleh penemunya dahulu sebagai Pohon Kehidupan dan Kematian atau Trees of Life and Death. Pohon langka ini tidak akan berjumlah lebih dari 7 pohon. Setiap kali salah satu pohon mati, barulah akan tumbuh semai baru.

Daun pohon itu mempunyai dua khasiat sekaligus yang berlawanan. Sangat bermanfaat sebagai anti racun bagi manusia dan sangat mematikan bagi binatang dan tanaman lainnya. Itulah kenapa pohon ini hanya tumbuh sendiri. Tidak dalam satu kelompok ekosistem dengan tanaman lainnya.

Entah bagaimana awal mulanya pohon langka ini tumbuh di pulau aneh ini, tidak ada yang tahu. Namun kenapa hanya berjumlah 7 pohon di seluruh dunia terdapat alasan khusus yang bersifat scientis-metafisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun