Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggang Kuda

11 Agustus 2019   13:37 Diperbarui: 11 Agustus 2019   13:38 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

udara kering bertambal-tambalan
dibawa angin yang gelagapan
menuju perbatasan
antara masa-masa kemarau dan musim hujan

kita berada di sana
memunggungi keduanya
berharap ada musim baru lahir dari rahim semesta
yaitu musim berburu dengan menunggang kuda

pada tali kekangnya kita mengikat simpul waktu
melintasi perbukitan hijau yang di tanah-tanahnya bertumbuhan gaharu
wanginya melintasi penciuman
sehingga terbakarnya tenggorokan mudah terlupakan

pada sanggurdinya kita memijakkan harapan
mencari celah di mana tak berjumpa dengan kekosongan
lalu bertemu dengan kebisuan yang mengaku
telah menyelesaikan semua perkara ragu

pada surainya kita menggiring angin bulan Agustus
menuju horison tak terputus
di sana kita bisa mengistirahatkan keletihan
menikmati sejenak langit biru yang sedang mengadakan pertunjukan

pada ladamnya kita mencengkeram keinginan
di jalan-jalan tanpa penerangan
dengan api nyaris padam
sehingga kisah kita tak cuma sekedar hikayat yang bergumam

kita terus menunggangi kuda
menjaga jarak dengan cakrawala yang membiaskan pupil mata
di belakangnya ada penumpang kegelapan yang tak perlu dicemaskan
sebab kita sepakat untuk enggan dengan berbagai macam kegelisahan

Bogor, 11 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun