Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mati Suri

6 Agustus 2019   11:53 Diperbarui: 6 Agustus 2019   11:57 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampu-lampu jalanan,
di ibukota yang padam
ibarat para penjaga istana
yang kehilangan tombaknya
muram, namun tetap tak bersahaja
karena di sini-sana, sumpah serapah mengalir tanpa jeda

Perempatan,
pada simpang yang saling bersilangan
di ibukota yang padam
adalah pembuluh darah yang pecah
lalu menghamburkan begitu banyak darah
di tanah-tanah yang terlanjur basah
bukan oleh hujan
tapi dari banjir cacian dan makian

Halte, stasiun, dan terminal
saling berpapasan dengan tingkah binal
para penumpang yang terburu-buru
melarikan diri dari waktu
di ibukota yang kehilangan jam dinding
setelah angka-angkanya dirompak oleh para penjahat
yang memainkan muslihat di balik senyumnya yang hebat

Beginilah jika ibukota kegerahan
udara seperti baju yang bertambal-tambalan
dipakai sekian banyak para penghuni
yang memilih saling mengumpat
ketika kotanya bermandi keringat
tanpa berusaha menyumbangkan lap
atau setidaknya tidak bermata gelap

Begitulah jika cahaya tiba-tiba bermatian
orang-orang menghadapi kekacauan
dengan cara menyulut kerusuhan
lalu menyalakan api, di masing-masing hati
tentang negeri yang dicintai
tiba-tiba mati suri

Jakarta, 6 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun