Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Duhai Putri Dyah Pitaloka

20 Juli 2019   08:44 Diperbarui: 20 Juli 2019   08:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duhai putri jelita dari tlatah sunda,
ijinkan aku menyelesaikan manuskripmu yang berakhir duka
aku akan menyimpan tangismu dalam gelas yang aku pahat dalam arca sejarah
bagaimana sepotong harga diri jauh lebih purnama dibanding berserah diri secara pasrah

Duhai putri beraroma melati yang menyarangkan belati di dada kiri,
ijinkan aku menulis patah hatimu dalam kisah tragis harakiri
menghela martabat yang tak bisa dijadikan alat jual beli
membela kebesaran cinta murni yang dibawa hingga mati

Duhai putri yang makamnya digali halilintar,
kisahmu aku tulis dengan jantung dipenuhi debar
dan tengkuk dingin menahan getar
sebab semburan darah dari dadamu membuat dudukku gemetar dengan pandangan nanar

Ijinkan aku,
sampai di ujung perjalanan hikayatmu
banyak debu yang harus dibersihkan
dari sayatan sembilu yang mesti dikremasikan

Ijinkan aku,
menyudahi kisah panjang
dalam cerita yang tak akan terbuang sia-sia
pada hiruk-pikuk zaman yang makin usang menua

Jakarta, 20 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun