Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Tamsil di Belantara Kecil

15 Juli 2019   03:32 Diperbarui: 15 Juli 2019   03:35 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kembali ke sini
di sebuah serambi
tempatku dulu mengumpulkan sunyi demi sunyi
ke dalam sebuah teka-teki
yang coba dipecahkan oleh berjatuhannya daun cemara
juga petikan bunga kamboja
pada pagi yang belum lagi beranjak dewasa

udara dingin saling berpacu
dengan masa lalu
mencoba menumbukkan mata
pada sebuah rencana
dari suluran dahan markisa
terhadap keberadaan beranda yang muram
untuk memagutnya dalam-dalam

rumput yang meninggi
karena terlalu sering disirami matahari
dan hujan yang enggan berhenti
menjadikan halaman sebagai belantara kecil
tempat bermainnya banyak tamsil
tentang perjalanan yang tak kunjung selesai
meski badai telah lama usai

di sini,
di sebuah serambi
tempatku kini menjahit koyakan sepatu
dari robekan-robekan masa lalu
agar aku bisa terus berlari
mengendarai surai-surai mimpi
menuju kehangatan fajar pukul enam
sebelum nanti senja membuatnya tenggelam
dalam diam

Bogor, 15 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun