Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seorang Wanita di Kancah Kurusetra

21 Mei 2019   00:19 Diperbarui: 21 Mei 2019   00:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang wanita terluka
Bersumpah atas nama api
Kepada langit dia berkata;
Dendamku adalah kemarahan Dewa Kali. Kesumatku berwarna merah. Sewarna darah. Seperti senja yang kau hadirkan sesaat sebelum malam. Itu artinya aku menuju kegelapan.

Seorang wanita memegang gendewa
Sebuah busur yang dipilin dengan tali
Dari mimpi yang terputus berkali-kali
Kepada bumi dia berkata;
Hatiku adalah batu. Mataku adalah sembilu. Syaraf-syarafku setegang kepundan lava. Seperti gunung yang terjepit sebelum mendapat jalan keluarnya. Itu artinya aku gulungan gempa.

Seorang wanita melesatkan anak panah kala sandyakala
Ratusan dan tak terbilang
Mengarah mata, jantung dan kuda
Kepada angin dia berkata;
Aku menumpang sayap-sayap petaka. Jeritanmu adalah tawaku. Bergelimpanganmu adalah bahagiaku. Seperti kurusetra yang tak mau mengumpulkan mayat-mayat peperangan.  Aku adalah kematian.


Bogor, 21 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun