Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Orang-orang Proletar

5 Mei 2019   16:00 Diperbarui: 5 Mei 2019   16:11 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menghampar tikar di trotoar
menikmati sajian matahari yang memudar
di sore ketika sepotong gorengan dan segelas kopi sachetan
menjadi menu utama tanpa gizi tambahan

Orang-orang proletar
menyabung kisah epik dalam pertaruhan yang pelik di kekosongan altar
antara membeli sepotong roti berlapis gendis
atau meracik secangkir teh manis
keduanya memang tak cukup mengenyangkan
tapi setidaknya bisa untuk mengelabuhi rasa kelaparan

Orang-orang proletar
mengukur panjang jembatan layang sepanjang malam, dengan matanya
menghitung keping batu bata dari pagar pembatas yang dibangun orang kaya, dengan pikirannya
mengkavling setiap tingkat apartemen bermenara, dengan khayalannya

mereka, orang-orang proletar itu
menihilkan mimpi borjuasi di ruang-ruang pikiran yang disayat rasa ngilu
mereka, tidak berbakat untuk itu
lebih baik memasang bubu di sungai-sungai kota yang berwarna kelabu
meskipun mereka tahu, tak seekor ikan pun berdiam di situ
namun setidaknya mereka tahu apa yang ada dan apa yang tak ada
bukan terjebak dalam paruh pikiran yang mengada-ada
lalu kemudian menyembelih leher negara dengan tajamnya keinginan yang bercuka bisa

Sampit, 5 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun