Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mutiara yang Tergeletak di Rimba

21 Maret 2019   19:33 Diperbarui: 21 Maret 2019   19:48 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan yang jatuh di sini. Adalah butiran-butiran mutiara yang dijatuhkan oleh para bidadari. Menari-nari semenjak dinihari. Hingga saat petang menelan hari.

Matahari yang jatuh di sini. Adalah percikan cahaya yang tergelincir dalam sunyi. Meninggalkan panas yang menyengat. Pada akhirnya menyisakan spektrum-spektrum hangat.

Benih yang ditanam di sini. Adalah murni dari kekuatan hati. Orang-orang yang mewadahi hujan dalam perigi. Orang-orang yang menyesap matahari sebagai pengganti segelas kopi.

Orang-orang di sini. Berayahkan langit beribunda bumi. Dilahirkan ketika purnama tak lagi menumbuhkan serigala. Lalu dibesarkan oleh cahaya. Dari rasa saling percaya. Antara manusia, rimba, rawa dan juga sungai-sungainya.

Berikut segala atribut cinta yang menyertainya.

Koto Gasib, 21 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun