Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

17 Maret 2019   05:40 Diperbarui: 17 Maret 2019   05:41 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benar saja.  Begitu tiba di hadapan mereka, Panglima Kelelawar langsung saja menyerang hebat Dewi Mulia Ratri, sementara Panglima Amranutta langsung menerjang Bimala Calya.

Kedua gadis cantik itu terkaget kaget melihat betapa hebatnya serangan kedua tokoh Lawa Agung itu.  Dewi Mulia Ratri tidak mau berlama-lama untuk segera memainkan jurus jurus dari pukulan Gempa Pralaya.  Bimala Calya juga mengambil keputusan yang sama.  Jurus-jurus dari pukulan Pena Menggores Awan dikerahkannya untuk menghadapi tokoh tua yang belum dikenalnya ini.

Terjadilah pertempuran sengit di sudut luar benteng Bantar Muncang antara dua tokoh kawakan melawan dua gadis muda.  Panglima Kelelawar mempunyai kemampuan luar biasa dalam kanuragan.  Selain sihir yang mumpuni juga tentunya.  Panglima ini juga menguasai ilmu pukulan dari Lima Unsur Bumi yaitu ilmu pukulan Bayangan Matahari yang merupakan intisari dari api.  Bertemu dan bertanding dengan Dewi Mulia Ratri yang menguasai ilmu unsur bumi lainnya yaitu tanah dalam ilmu pukulan Gempa Pralaya. 

Dewi Mulia Ratri hanya kalah dalam hal pengalaman dan kekuatan tenaga kanuragan, namun unggul dalam penguasaan ilmu sihir.  Kitab Ranu Kumbolo adalah kitab ajaib yang luar biasa.  Bisa dianggap bahwa kitab itu adalah sumber dari segala sumber ilmu sihir. Pertandingan keduanya sangat menegangkan.  Dewi Mulia Ratri memang mulai terdesak tapi masih bisa bertahan dengan sangat baik. 

Di sisi lain, Bimala Calya sangat kerepotan melawan Panglima Amranutta.  Panglima Kedua Kerajaan Laut Selatan ini masih terlalu tangguh bagi gadis yang baru-baru ini saja memperdalam ilmu kanuragan dari Pendekar Pena Menawan.  Apalagi ilmu-ilmu yang dipunyai oleh Panglima Amranutta adalah ilmu dengan gerakan aneh dan langka.  Ilmu yang bersumber dari Istana Laut Selatan adalah ilmu yang dihawai oleh sihir-sihir aneh.  Terang saja gadis ini sangat kewalahan dan mulai terdesak hebat. 

Saat genting bagi Bimala Calya terselamatkan dengan kedatangan sekelebat bayangan berbaju putih yang begitu datang langsung saja membantunya menyerang Panglima Amranutta.  Bimala Calya memekik kecil dengan senang melihat Ardi Brata ada di sampingnya bersama-sama menahan serangan Panglima yang sangat tangguh ini.

Kekuatan kedua muda mudi ini setelah digabungkan sedikit bisa mengimbangi kelihaian Panglima Amranutta.  Tapi tetap saja.  Orang ketiga tertinggi setelah Sang Ratu dan Panglima Pertama di kerajaan gaib Laut Selatan ini masih lebih tangguh dari pasangan muda mudi yang sekarang berusaha bertahan sekuatnya menahan serangan.

Pertempuran antara pasukan Lawa Agung melawan pasukan gaib yang dibangkitkan Dewi Mulia Ratri juga masih berlangsung seru.  Meskipun kalah jumlah, namun pasukan gaib yang tidak kenal takut karena memang tidak punya perasaan itu, bertempur dengan sengit melawan pasukan Lawa Agung yang berjumlah ribuan.  Ribuan lainnya menahan serangan pasukan Galuh Pakuan sekaligus mencoba membangun serangan dengan cara berusaha membobol gerbang benteng yang sangat kokoh menggunakan kayu bulat besar.

Raja Iblis Nusakambangan bersama dengan Lima Kobra Benggala dan para hulubalang juga masih bertempur melawan puluhan pasukan gaib yang ternyata sangat tangguh.  Pasukan ini tak kenal rasa sakit.  Meski anggota badan fana mereka terkena pukulan, tendangan atau bahkan terlepas, mereka terus saja merangsek maju tak kenal ampun.

Sebentar lagi petang akan datang. Bumi mulai disirami dengan cahaya keemasan matahari yang sudah terpojok di ujung langit.  Pertempuran mau tak mau akan dihentikan jika malam benar-benar telah tiba.  Terlalu beresiko bagi ribuan orang untuk saling bertarung di kegelapan.  Cahaya-cahaya obor terlalu kecil untuk bisa menerangi sebuah pertempuran besar-besaran.

Menyadari hal ini, Dewi Mulia Ratri memberi isyarat tak kentara kepada Bimala Calya dan Ardi Brata yang sedang terdesak hebat oleh serangan serangan Panglima Amranutta.  Isyarat yang bahkan hanya Bimala Calya yang bisa mengetahuinya dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun