Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

16 Maret 2019   08:06 Diperbarui: 16 Maret 2019   08:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putri Anjani tidak tahu bahwa bendera berwarna merah itu artinya bagi kerajaan Lawa Agung adalah bendera peperangan.  Dia hanya tahu bahwa sekarang mereka harus bersembunyi dahulu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Putri Anjani memberi isyarat kepada Arya Dahana agar ikut dirinya berlindung di balik sebuah batu karang besar yang menonjol di bibir pantai. Pemuda itu dengan malas-malasan mengikuti Putri Anjani bersembunyi.

Perahu yang berjumlah puluhan dan kapal yang berjumlah belasan itu sudah mendekati pantai.  Ratusan orang berlompatan dari perahu berlari menuju pantai.  Perahu-perahu itu tidak merapat namun kembali ke kapal kapal besar yang sudah membuang jangkar. 

Perahu-perahu itu ternyata menjemput ratusan pasukan yang berada di atas kapal-kapal besar itu.  setelah itu bergerak kembali ke pantai untuk menurunkan pasukan.  Demikian berkali-kali dilakukan sampai akhirnya semua pasukan telah berbaris rapi di pantai menunggu pimpinan mereka yang semuanya berada di kapal paling besar.  

Barisan pasukan yang akhirnya berjumlah ribuan itu berbaris di pantai tanpa suara sedikitpun.  Benar benar penuh dengan kedisplinan.  Baju seragam yang mereka kenakan semua berwarna hitam dengan gambar kelelawar di dada. 

Akhirnya merapatlah dua buah perahu ke pantai.  Berkelebatan bayangan-bayangan turun dari perahu perahu itu.  Juga tanpa suara.  Nampak Raja Iblis Nusakambangan, Hulubalang yang tersisa tiga orang, Lima Kobra Benggala, dan Nini Cucara berdiri gagah di depan ribuan pasukan.

Putri Anjani tercekat hatinya.  Pasukan Lawa Agung dengan jumlah sebesar ini pastilah akan menyerang dan bukan sekedar latihan.  Apalagi para pimpinan tertingginya semua hadir di sini.  Kecuali Panglima Kelelawar tentu saja.

Raja Iblis Nusakambangan memberikan tanda kepada Hulubalang Kelabang.  Yang diberi tanda kemudian memberi isyarat kepada beberapa orang yang memegang bendera berwarna merah hitam.

Orang-orang pembawa bendera ini kemudian menggerak gerakkan benderanya sebagai kode.  Ribuan pasukan itu secepat kilat bergerak memasuki hutan-hutan yang berada di perbukitan di belakang pantai.  Pergerakan mereka sama sekali tidak menimbulkan suara.  Semua dilakukan dalam diam dan tertib.

Setelah semua pasukan bersembunyi dalam hutan untuk menunggu perintah, Raja Iblis Nusakambangan mengajak semua yang ada di situ untuk berkumpul dan berunding.  Nini Cucara, Tiga Hulubalang, dan Lima Kobra Benggala berkumpul dan berdiri mengelilingi Raja Iblis Nusakambangan. 

Putri Anjani menajamkan pendengarannya.  Dia sangat penasaran apa yang akan dibicarakan oleh mereka.  Sedari tadi gadis ini sangat takjub dengan pergerakan ribuan pasukan Lawa Agung sehingga melupakan Arya Dahana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun