Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Istana Ingatan

25 Februari 2019   00:15 Diperbarui: 25 Februari 2019   02:42 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi malam, hal paling kelam yang bisa didapatkannya adalah ingatan terbaik tentang bintang-bintang. Cahaya yang jatuh pada kegelapan, adalah cara mengingatkan paling tepat bahwa dirinya adalah hitam.

Bagi langit, warna biru sangat mampu mewakili ingatan apa saja yang disebut kepuasan akan rindu. Di dalam biru, tak ada satupun kegelisahan yang tak terpunahkan. Juga tak ada sedikitpun kepedihan yang tak bisa dipulangkan.

Bagi sebuah perjalanan, ingatan tentang masa silam bisa menjadi cermin yang retak atau wajah air yang bergejolak. Dalam cermin, masa silam adalah refleksi dari mimpi yang berantakan. Namun bisa juga menjadi gelombang pasang yang menyeret satu demi satu kenangan tak menyenangkan, muncul di permukaan.

Bagi lupa, istana ingatan adalah bangunan pertama yang mesti ditemukan. Sebelum semuanya memudar menjadi kabar yang samar. Atau mencabar dalam kuatnya ingatan yang mencakar-cakar. Membuat dunia menjadi makhluk yang terluka. Tanpa cukup kain kasa untuk membebatnya.

Bagi cinta, istana ingatan dibangun dari guludan pasir yang diukir. Suatu ketika berhamburan diterjang angin. Di saat lain terbentuk kembali dengan megah bila menemukan pesisir yang dingin.

Bagi siapa saja yang ingin teringat pada masa-masa manisnya, istana ingatan adalah tempat terbaik untuk menggali ulang rasanya. Mencecap sebanyak-banyaknya, lalu meludahkannya seketika begitu tahu itu semua hologram yang diasumsikan nyata.

Istana ingatan, dibentuk dari pondasi pikiran. Di mana ruang-ruangnya telah dibersihkan. Dari percik khayalan dan memori yang sengaja dilupakan.

Bogor, 24 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun