Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Potongan Kata yang Sirna

8 Februari 2019   20:49 Diperbarui: 8 Februari 2019   21:13 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau terbaring di tubuh-tubuh puisi yang mentertawakan dirinya sendiri. Syairnya bersembunyi di balik beranak-pinaknya sunyi. Menyusup masuk ke dalam benak. Menjadikannya sarang ular beludak.

Jika seperti itu, lantaklah sudah setiap rencana yang nyaris menuju kehendak.

Kau bangkit berdiri di antara puing-puing sajak yang berhamburan menjadi teka-teki. Kau tak ingin menyusunnya. Untuk apa jika masih ada potongan kata yang sirna. Percuma. Tak akan pernah sempurna.

Bila seperti ini, satu-satunya jalan adalah mencari. Waktu paling tepat adalah ketika lampu jalanpun menyerupai matahari. Terang-benderang. Mudah sekali menemukan jalan pulang.

Kau lalu pergi dengan membawa serta puing-puing puisi di tangan kiri, potongan-potongan sajak di kedalaman hati. Kau berjanji kepada pintu yang membukakan keberangkatan. Akan pulang setelah terjadi pertemuan. Dengan potongan kata yang sirna. Yang ternyata telah menjelma menjadi kata cinta.

Bogor, 8 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun