Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Katastropik Rasa

21 Januari 2019   02:00 Diperbarui: 21 Januari 2019   02:03 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di percakapan yang mana, aku menerbangkan kata-kata yang terluka, lalu balik melukai, karena merasa tak dicintai.

Kau merasa hatimu sekering padang sahara. Kau lupa sedang berada di mana. Kau ada di bawah air terjun yang mengabutkan uap-uap air dingin. Seluruh sosokmu terbungkus kekuatan ingin. Sangat berangin.

Di pertanyaan yang mana, aku melemparkan tajamnya perkara, kemudian kau tersayat-sayat karenanya, kemudian menganggap telah dilupakan cinta.

Kau merasa sendirian, di atas perahu kecil di tengah lautan. Kau terkatung-katung dalam serangkaian skenario membingungkan. Kau lupa sedang dalam pentas kenyataan. Bukan megahnya panggung pertunjukan.

Di keraguan yang mana, keyakinan kau kira telah melenyap hilang. Kau merasa diabaikan, harapanmu untuk bisa segera pulang, terpanggang begitu banyaknya genangan kenangan.

Lagi-lagi kau lupa. Kau berada di antara dunia nyata dan bertebarannya drama. Saat ini kau adalah protagonis yang bersalah. Padahal kemarin kau antagonis yang tak pernah kalah.

Kau terjebak dalam katastropik rasa.

Sebuah romantika epik yang bermalapetaka.

Jakarta, 21 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun