Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

10 Januari 2019   08:20 Diperbarui: 10 Januari 2019   08:30 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putri Anjani mengedikkan kepalanya, amarah menguasai matanya, berkobar kobar seperti api neraka.

"Aku bersumpah...aku akan menghabisi mereka yang telah menyakitiku...dengan kesakitan yang belum pernah ada di dunia ini!..."

"claap..claap...blaaaaarrrr!"

Ucapan Putri Anjani disambut gelegar halilintar yang mendadak datang tanpa pertanda sebelumnya.  Ucapan gadis itu diamini alam sebagai sebuah idu geni.  Sumpah yang akibatnya bisa sangat mengerikan karena alam telah bersedia menjadi saksi. 

Begitulah, semenjak saat itu Putri Anjani dilatih ilmu ilmu dahsyat Datuk Rajo Bumi di lereng Gunung Papandayan. 

---

Arawinda membuka matanya.  Seluruh badannya terasa ringan.  Dia terbaring di sebuah dipan yang sangat sederhana.  Gadis itu bangkit dan duduk, mencoba mengingat apa yang telah terjadi.  Rangkaian peristiwa berkelebatan dalam otaknya.  Pikirannya berkelana pada saat saat dia menyaksikan ayah terlempar terkena pukulan telak Raja Iblis Nusakambangan di dadanya. 

Ayah! Arawinda langsung bangkit berdiri.  Namun tubuhnya langsung sempoyongan hampir jatuh.  Dia teringat benar bagaimana ayahnya meregang nyawa di pangkuannya.  Ooohh Gusti, apa yang terjadi?  Entah berapa lama dia tertidur atau tak sadarkan diri?  Siapa yang telah menyelamatkannya hingga sekarang berada di tempat asing ini?

Arawinda memaksakan diri bangun dan keluar dari ruangan kecil ini.  Ternyata dia berada di sebuah pondok mungil.  Di tebing mengerikan pinggir lautan yang luar biasa indah.  Rasanya lautan ini pernah dia lihat sebelumnya.  Tapi di mana ya?

Aaahhh ini pantai selatan!  Terlihat dari ombak di bawah sana yang berdeburan keras menghantam jajaran karang karang besar.  Tidak salah lagi,  dia pernah ke daerah ini sewaktu masih kecil dahulu.  Ayahnya mengajak berlatih di sini bersama sama dengan Ki Hangkara.  

Ini pantai Ngobaran.  Pantai yang indah namun misterius.  Kabarnya dahulu Ratu Laut Selatan sering datang kesini untuk menerima sesembahan dari penduduk desa sekitar Ngobaran agar hasil laut yang mereka tangkap berlimpah ruah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun