Gemuruh kehilangan tetap akan dirasa
Meski langit berubah warna
Meski bumi semakin tua
Meski hati selalu teteskan darah
Meski jiwa selalu berbadai gelisah
Bab XI
Puncak Merapi. Â Beberapa saat setelah kepergian Arya Dahana, suasana yang tadinya haru berubah kembali menjadi ricuh. Â Panglima Kelelawar, Raja Iblis Nusakambangan, Resi Amamba dan lima Hulubalang Pengawal menyerbu Andika Sinatria dan kawan kawannya. Â
Rupanya Panglima Kelelawar melihat kesempatan emas untuk setidaknya menyingkirkan tokoh tokoh penting Galuh Pakuan seperti Andika Sinatria, Dewi Mulia Ratri dan Putri Anjani.Â
Ki Biantara tentu saja tidak tinggal diam. Â Pendekar tua ini ikut terjun dalam pertempuran membantu muridnya Dewi Mulia Ratri. Â Ardi Brata yang melihat gurunya bertempur, ingin langsung masuk ke dalam kancah pertempuran. Â
Namun dia masih menjaga Bimala Calya yang sedang pingsan. Â Dia tidak tahu siapa saja yang menjadi musuh gadis ini sehingga tidak tega untuk meninggalkannya sendirian tanpa dijaga.Â
Ardi Brata memperhatikan pihak gurunya bisa mengimbangi pada awalnya. Â Ki Biantara menghadapi Panglima Kelelawar yang tingkatnya lebih tinggi darinya. Â Namun karena dibantu oleh Dewi Mulia Ratri keadaan menjadi cukup seimbang, meskipun perlahan lahan Panglima Kelelawar mampu mendesak. Â
Raja Iblis Nusakambangan dihadapi oleh Andika Sinatria. Â Pangeran tampan ini telah menyusul tingkat gurunya. Â Sedangkan Ki Mandara sendiri berada pada tingkat yang sama dengan si Raja Iblis. Â Oleh karena itu, pertarungan yang terjadi cukup seimbang.Â
Di lain pihak, Putri Anjani terdesak karena masih kalah kepandaian dibanding Resi Amamba yang tingkatannya sama dengan Raja Iblis Nusakambangan. Â Pertarungan ini kemudian diramaikan dengan masuknya Sayap Sima yang hendak menangkap Putri Anjani. Â
Siluman Lembah Muria adalah tokoh Sayap Sima yang turun tangan. Â Kontan saja Putri Anjani semakin terdesak hebat. Â Menghadapi Resi Amamba saja dia kewalahan, apalagi sekarang ditambah masuknya Siluman Lembah Muria yang mengeroyoknya.Â